Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Paus Fransiskus: Yang Membuat Dunia Bergerak Maju Bukanlah Kepentingan Pribadi

Paus Fransiskus menyampaikan pidato mengenai bela rasa, salah satu moto dalam perjalanan apostoliknya.

5 September 2024 | 06.43 WIB

Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus tiba di Gereja Katedral Jakarta, Rabu, 4 September 2024. Paus akan bertemu dengan para uskup, imam, diakon, biarawan-biarawati, seminaris, dan katekis di Gereja Maria Diangkat ke Surga, Gereja Katerdral. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus tiba di Gereja Katedral Jakarta, Rabu, 4 September 2024. Paus akan bertemu dengan para uskup, imam, diakon, biarawan-biarawati, seminaris, dan katekis di Gereja Maria Diangkat ke Surga, Gereja Katerdral. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Gereja Katolik dunia Paus Fransiskus menyampaikan pidatonya saat melakukan audiensi dengan para rohaniwan di Gereja Katedral Jakarta, Rabu, 4 September 2024. Dalam kesempatan itu, Paus menyinggung soal bela rasa, yang menjadi salah satu moto dalam perjalanan apostoliknya ke Indonesia dan negara-negara Asia Pasifik lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Yang membuat dunia bergerak maju bukanlah perhitungan kepentingan pribadi--yang umumnya berujung pada kerusakan ciptaan dan pemecah belahan komunitas--tapi mempersembahkan kasih kepada sesama," kata Paus di Gereja Katedral Jakarta pada Rabu, 4 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menuturkan bela rasa tidak menggelapkan visi kehidupan yang sejati. Bahkan sebaliknya, bela rasa membuat seseorang mampu melihat berbagai hal lebih baik dalam terang kasih secara spontan. "Kita melihat realitas dengan baik hanya dengan mata hati," ujarnya.

Menurut Sri Paus, bela rasa tidak dibatasi pada bersedekah kepada orang yang membutuhkan, sembari memandang rendah mereka dari menara rasa aman dan keberhasilan. Sebaliknya, bela rasa berarti menghapuskan segala sesuatu yang menghalangi seseorang untuk turun menyentuh mereka yang ada di bawah. 

Lebih lanjut, Paus menyebut ada juga orang-orang yang takut dengan bela rasa karena menganggapnya sebuah kelemahan. Mereka justru menjunjung tinggi semacam kelicikan, yang melayani kepentingan diri sendiri dengan menjaga jarak dari semua orang. 

"Jadi mereka berpikir bahwa mereka lebih cerdas dan bebas dalam mencapai tujuan-tujuan mereka," tutur Paus Fransiskus. "Ini adalah cara yang salah dalam melihat realitas."

Paus Fransiskus, tiba di Gereja Katedral Jakarta Rabu sore ini, seusai melakukan persamuhan dengan Presiden Jokowi. Kehadiran Kepala Negara Vatikan tersebut disambut alunan alat musik tradisional angklung yang dimainkan oleh sejumlah anak.

Berdasarkan pantauan Tempo, Paus Fransiskus tiba pukul 16.35. Dia datang dengan pengawalan ketat. Sebelum memasuki gereja, Paus juga sempat memberkati seorang bayi yang digendong ibunya di sekitar kawasan gereja.

Paus Fransiskus datang dengan Toyota Kijang Innova Zenix berwarna putih dengan pelat SCV 1. Setelah turun dari mobil, dia tampak menggunakan kursi roda menuju gedung utama gereja.

Anak-anak pemain angklung membawakan alunan musik nusantara untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Di sisi lain, Paus Fransiskus turut menyapa para pemain angklung cilik dan pembawa bendera itu. Ia menyalami para pemain.

Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo dan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Antonius Subianto Bunjamin menyambut Paus Fransiskus di halaman Gereja Katedral.

Savero Ariestia Wienanto berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

 

 

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus