Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

PGI Sebut Tiga Warga Sipil Tewas dalam Baku Tembak TNI-OPM di Intan Jaya

PGI menyerukan agar semua pihak yang terlibat konflik di Papua segera membuka ruang dialog untuk mengakhiri kekerasan berkepanjangan.

16 Mei 2025 | 07.41 WIB

Kepala Biro Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Papua, Ronald Rischard Tapilatu (kiri) dan Anggota Komisi Papua PGl atau Komisioner Komnas Ham 2017-2022, Beka Ulung Hapsara memberikan keterangan pers di Grha Oikoumene, Jakarta, 15 Mei 2025. Tempo/Dani Aswara
Perbesar
Kepala Biro Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Papua, Ronald Rischard Tapilatu (kiri) dan Anggota Komisi Papua PGl atau Komisioner Komnas Ham 2017-2022, Beka Ulung Hapsara memberikan keterangan pers di Grha Oikoumene, Jakarta, 15 Mei 2025. Tempo/Dani Aswara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) melaporkan adanya tiga warga sipil yang menjadi korban dalam kontak senjata antara personel TNI dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Operasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Distrik Sugapa dan Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Selasa dini hari, 13 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Kepala Biro Papua PGI Pendeta Ronald Rischard menyebutkan ketiga korban tersebut masing-masing adalah Evangelis Elisa Wandagau, Mono Tapamina, dan Kepala Desa Hitadipa, Ruben Wandagau. Informasi ini diperoleh dari jaringan Gereja Kemah Injil yang berada di sekitar lokasi kejadian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski demikian, Ronald mengaku belum bisa memastikan apakah ketiga korban sipil itu termasuk dalam daftar 18 orang yang sebelumnya diklaim tewas oleh TNI dalam operasi militer tersebut. “Kami belum bisa mengonfirmasi nama-nama yang dirilis oleh TNI. Yang jelas, dari laporan gereja, ada tiga warga sipil yang meninggal dan beberapa lainnya mengalami luka-luka,” ujar Ronald dalam keterangan pers di Grha Oikoumene, Jakarta, Kamis, 15 Mei 2025.

Selain korban jiwa, PGI juga menerima laporan adanya dua warga sipil yang terluka akibat serpihan peluru. Mereka adalah Junite Janambani dan anaknya yang berusia sekitar tujuh tahun, Minus Jegeseni. Keduanya kini dirawat di Puskesmas Sugapa. Junite mengalami luka di lengan, sedangkan Minus terluka di telinga kanan.

Imbas dari baku tembak tersebut, sekitar 950 warga terpaksa mengungsi. Mereka merupakan jemaat dari 13 gereja yang berada di bawah naungan PGI. Ronald mengatakan, jumlah ini masih bersifat sementara. “Kami belum bisa memastikan apakah seluruh gereja sudah terdata, tapi laporan awal menyebutkan ada hampir seribu pengungsi,” tuturnya.

Menurut informasi yang diterima PGI, baku tembak terjadi saat warga sedang terlelap di beberapa kampung, seperti Titigi, Ndugusiga, Jaigapa, Sugapa Lama, dan Zanamba. PGI menyerukan agar semua pihak yang terlibat konflik di Papua segera membuka ruang dialog untuk mengakhiri kekerasan berkepanjangan. “Kami mendorong terjadinya dialog damai. Konflik bersenjata tidak boleh terus menerus menelan korban sipil,” kata Ronald.

Korban Sipil Versi TPNPB-OPM

Nama-nama korban sipil yang disebut PGI juga ada pada rilis yang dikeluarkan TPNPB-OPM. Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan Junite Zanambani terkena tembakan pada lengan tangan kanan dan anaknya laki-laki Minus Yegeseni ditembak bagian telinga. Sementara Nopen Wandagau ditembak bagian tangan dan satu orang lainnya juga ditembak dan korban penembakan tersebut telah dievakuasi ke sebuah rumah Klasis di Hitadipa.

"Sementara korban yang diculik saat pagi subuh oleh aparat militer pemerintah Indonesia di Distrik Hitadipa diantaranya; Elisa Wandagau (Gembala), Ruben Wandagau (Kepala Desa Hitadipa) dan Seorang Nenek, Mono Tapamina semuanya ditembak mati oleh aparat militer pemerintah Indonesia setelah diculik dan jasad mereka telah di kremasi di Hitadipa," kata Sebby Kamis, 15 Mei 2025. 

Tempo mencoba mengonfirmasi kepada Markas Besar TNI terkait keterlibatan warga sipil sebagai korban, namun hingga berita ini ditulis, belum ada jawaban.

Dani Aswara

Alumnus Program Studi Ilmu Politik Universitas Andalas Padang ini memulai karier jurnalistik di Tempo pada 2024. Mengawalinya dengan menulis isu politik, hukum dan kriminal

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus