Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Pindad Baru Mampu Produksi 165 Juta Butir Peluru

PT Pindad baru mampu memproduksi 165 juta butir peluru dari kebutuhan nasional sekitar 300 juta butir peluru. Pindad bertekad tingkatkan produksi.

10 Oktober 2017 | 13.37 WIB

Seorang pengunjung mencoba menembak menggunakan G2 Elite buatan PT Pindad (Persero) di IDB Expo, JCC, 21 September 2017. Tempo/Vindry Florentin
Perbesar
Seorang pengunjung mencoba menembak menggunakan G2 Elite buatan PT Pindad (Persero) di IDB Expo, JCC, 21 September 2017. Tempo/Vindry Florentin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia masih kekurangan amunisi kaliber kecil (MKK). Kebutuhan nasional amunisi itu mencapai dua-tiga kali lipat dari kemampuan produksi PT Pindad (Persero).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan, Divisi Munisi Pindad yang berlokasi di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tahun ini diproyeksikan baru mampu memproduksi 165 juta butir peluru, dari kebutuhan nasional sekitar 300 juta butir peluru per tahun. Peluru sebanyak ini untuk memenuhi kebutuhan militer, kepolisian, bidang pertahanan lainnya, serta olahraga menembak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Untuk itu, kami bertekad meningkatkan produksi MKK dengan memperluas maupun membangun pabrik baru di sini sehingga nantinya pada 2019 kami bisa memproduksi sebanyak 275 juta butir peluru,” kata Abraham seusai prosesi peletakan batu pertama perluasan pabrik amunisi dan peresmian produk baru PT Pindad di Malang, Senin sore, 9 Oktober 2017.

Ambisi memenuhi kebutuhan nasional amunisi didukung dengan ketersediaan dana yang cukup besar. Pada tahun ini Pindad menerima dana penyertaan modal negara atau PMN sebesar Rp 700 miliar. Abraham merinci, sebanyak Rp 400 miliar dimanfaatkan untuk pembangunan pabrik beserta mesin-mesin produksinya, serta sisa dana diberikan kepada Direktorat Pengembangan Teknologi dan Direktorat Industri. Abraham optimistis seluruh dana bisa terserap.

Menurut Abraham, target produksi peluru sebanyak 275 juta butir per tahun dianggap cukup aman untuk memenuhi segala kebutuhan. Kebutuhan riil yang bisa mencapai 2-3 kali lipat dari produksi akan diatasi dengan cara bermitra dengan vendor-vendor dari luar negeri, seperti dari Ceko dan Kanada.

“Kerja sama itu bisa berbentuk joint production dan built over transfer (BOT). Namun semuanya masih dalam kajian, belum ada keputusan apa pun yang bersifat final,” ujar Abraham.

Abraham optimistis target produksi tercapai sehingga pendapatan perusahaan pun bisa terus meningkat. Tahun ini Pindad memproyeksikan pendapatan sebesar Rp 2,7 triliun, naik dari realisasi pendapatan 2016 yang sebesar Rp 2,3 triliun. Sedangkan tahun 2018 diproyeksikan pendapatan naik lagi antara Rp 2,9 triliun sampai Rp 3 triliun.

Sebelumnya, saat memberikan sambutan, Mayor Jenderal TNI Dominicus Agus Riyanto mengatakan keberadaan Pindad sangat penting dan vital bagi eksistensi TNI, terutama bagi TNI Angkatan Darat karena menyokong ketersediaan amunisi dan alat utama sistem persenjataan. Ia mengibaratkan hubungan TNI Angkatan Darat dan Pindad laksana juru masak dan konsumen.

“Jika masakannya enak, langsung ditelan. Namun jika tidak enak, maka dimuntahkan atau dilepeh, dengan memberikan masukan-masukan kepada kokinya agar dilakukan perbaikan-perbaikan,” kata Agus Riyanto.

Sedangkan Laksamana Muda TNI Siwi Sukma Adji meminta Pindad untuk giat meningkatkan kemampuan diri dan kapasitas produksi seturut peningkatan kemampuan TNI di tingkat internasional. “Peningkatan performa TNI juga ditentukan oleh kinerja industri militernya seperti Pindad,” kata Siwi Sukma.

Bekas Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat itu juga mengingatkan Pindad untuk lebih ketat memperhatikan spesifikasi produk supaya memenuhi spesifikasi persenjataan internasional sehingga bisa dipakai untuk kegiatan berskala internasional seperti digunakan dalam misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Acara tersebut ditutup dengan peresmian produk senjata terbaru, yakni Senjata Penembak Runduk 4 (SPR 4), serta melihat tank dan panser, serta mesin pertanian buatan Pindad. Salah satu tank yang dipamerkan adalah purwarupa atau prototipe medium tank Kaplan MT buatan bersama FNSS Turki dan Pindad. Tank ini sebelumnya ditampilkan dalam upacara peringatan ulang tahun ke-72 TNI pada 5 Oktober lalu di Cilegon, Provinsi Banten, kemudian dibawa ke Malang.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus