Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim melantik Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI) Abdul Haris sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelantikan itu dilakukan di kantor Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, pada Jumat sore, 15 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Haris ditetapkan sebagai Dirjen Diktiristek berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20/TPA Tahun 2024 tentang Pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Nadiem mengatakan bahwa pelantikan ini berkaitan erat dengan upaya Kemendikbudristek mentransformasi sistem pendidikan Indonesia dengan terobosan Merdeka Belajar.
“Memasuki tahun kelima dari gerakan Merdeka Belajar, kita harus semakin menguatkan gotong royong dan kolaborasi yang selama ini telah terjalin guna memastikan keberlanjutan gerakan ini,” kata Nadiem.
Kepada Haris, Nadiem berpesan untuk senantiasa meningkatkan kinerja dan profesionalitas guna mengakselerasi peningkatan mutu pendidikan tinggi.
“Besar harapan saya agar bapak dapat mendukung, memfasilitasi, dan memastikan keberlanjutan implementasi Kampus Merdeka. Terus dorong kampus-kampus di seluruh Indonesia untuk mencapai 8 Indikator Kinerja Utama agar perguruan tinggi kita masuk dalam jajaran world top universities,” kata Nadiem.
Profil Abdul Haris
Dilansir dalam laman UI, Prof Dr rer nat Abdul Haris lahir pada 21 September 1970 di Pemalang, Jawa Tengah. Dia memperoleh gelar sarjana dan magister dari Departemen Fisika, Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI, lalu melanjutkan pendidikan doktor dalam bidang Geofisika di Kiel University, Jerman.
Saat ini dia menjadi seorang Guru Besar dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI. Ia dikukuhkan menjadi Guru Besar UI pada 2019.
Sebelumnya, Haris sempat menjabat sebagai Dekan FMIPA UI. Saat menjabat sebagai Dekan FMIPA UI, dia membawa perubahan melalui penambahan fasilitas kesejahteraan.
Sebanyak dua gedung laboratorium Riset Multidisiplin Pertamina-FMIPA UI juga berhasil didirikan dan hibah sebesar Rp 7 miliar dari Sinar Mas Group juga didapatkan untuk utilisasi gedung tersebut.
Ada pula kerja sama dengan beberapa perusahaan, seperti Schlumberger. Dalam bidang riset, Haris membuat FMIPA sebagai penghasil publikasi terbesar kedua di UI sehingga berdampak pada peningkatan Guru Besar hingga 117 persen.
Selain di UI, dia pun tercatat aktif tergabung dalam Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) dan terdaftar sebagai Vice President.
Pada 26 September 2019, ia menjadi salah satu dari tiga kandidat dalam Pemilihan Rektor (Pilrek) UI 2019 - 2024. Dalam pemilihan rektor UI itu, Haris mengusung visi “Mengembangkan dan mentransformasi Universitas Indonesia menjadi universitas unggulan di tingkat global dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Universitas Indonesia”.
Visi itu dijabarkan melalui program HARIS for UI, yaitu Human Capital, Acceleration, Reform, Integration, and Sustainability. Dia mengatakan bahwa UI memiliki peran besar karena merupakan universitas terbaik di Indonesia dan menjadi guru bangsa.
Dia pun menuturkan akan menjadikan UI sebagai universitas yang mandiri dan otonom serta mampu menyelesaikan berbagai masalah. UI juga diharapkan bisa menjadi agen reformasi dan riset serta harus adaptif dan tanggap karena dunia yang semakin maju ini.
Haris menyebutkan bahwa programnya itu untuk menjadikan UI sebagai universitas unggulan serta harus menjadikan dan menghasilkan lulusan-lulusan yang unggul sehingga bisa menghadapi berbagai masalah bangsa.
INTAN SETIAWANTY | ANDRY TRIYANTO