Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Resep Rektor Unair Kedua Mohammad Toha Ronodipuro Mengatasi Soal Mahasiswa Abadi

Mohammad Toha Ronodipuro Rektor Unair periode 1961-1965. Ada yang menarik selama masa jabatannya, ia menerapkan sistem untuk atasi mahasiswa abadi.

5 November 2023 | 19.17 WIB

Mohammad Toha Ronodipuro. FIB Unair
material-symbols:fullscreenPerbesar
Mohammad Toha Ronodipuro. FIB Unair

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menjabat pada periode 1961-1965, Prof dr Mohammad Toha Ronodipuro merupakan rektor kedua Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Sebelumnya Prof Mr. Abdoel Gaffar Pringgodigdo menjabat sebagai rektor pertama Universitas Airlangga periode tahun 1954-1961.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ia dilahirkan pada 19 April 1908 di Demak oleh seorang ibu bernama R.A Windrati Notomidjojo yang merupakan seorang putri dari patih Rembang dan ayahnya bernama RMAA Koesoemohadiningrat seorang Bupati Tuban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melihat latar belakang kedua orang tuanya, maka dapat disimpulkan bahwa Mohammad Toha Ronodipuro merupakan seorang yang berasal dari keluarga bagsawan dan terpandang. Mengenai kondisi pendidikan kolonial pada masa itu, di mana masih menganut politik segregasi, maka kesempatan belajar Mohammad Toha Ronodipuro sangat terbuka lebar. 

Meskipun keterangan terkait pendidikan dasar dan menengah dari Toha Ronodipuri sangat terbatas. Dilansir dari laman Repository.unair.ac.id, beberapa catatan yang ada menginformasikan bahwa beliau menyelesaikan pendidikan dokternya di STOVIA pada 1933. Setelah menyelesaikan studi dokternya di STOVIA, Toha mulai mengabdi di berbagai daerah. Hingga akhirnya pada tahun 1938 beliau diangkat menjadi dokter pemerintah sebagai Asisten Klinik Kebidanan pada Sekolah Dokter di Jakarta.

Selanjutnya pada 1942, Toha dipercaya menjadi Kepala Rumah Sakit Pamdran, Cirebon. Dua tahun kemudian, ia kembali dilantik menjadi Lektor Perguruan Tinggi Kedokteran dalam bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Solo.

Pada 1951, ia pun menjabat sebagai Lektor Fakultas Kedokteran di Surabaya dalam ilmu Kebidanan dan Kandungan. Hingga akhirnya, beliau dikukuhkan menjadi Guru Besar dalam bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan pada Fakultas Kedokteran Universitet Indonesia cabang Surabaya pada tanggal 22 Maret 1952.

Pada babak hidup selanjutnya, Toha Ronodipuro menikah dengan Soetinah Djojodirejo kemudian dikaruniai dua orang anak yang bernama Sri Wijono dan Hemowo.

Kiprahnya sebagai Rektor Unair

Ketika ia menjadi Kepala Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pada 1951, beliau bergulat dengan birokrasi yang ruwet didalamnya. Toha Ronodipuro melakukan banyak pembenahan, mulai dari sarana maupun sistem pendidikannya.

Kala itu, sistem pendidikan liberal yang semula diterapkan diubah Toha menjadi sistem pendidikan terpimpin. Sebelumnya, mahasiswa bebas mengikuti kuliah atau tidak, bahkan secara bebas menentukan ujian mereka. Namun, secara berangsur-angsur diubah dengan penertiban waktu kuliah dan ujian hingga tidak ada pemborosan waktu, tempat, dan tenaga. Baginya, hal ini ditetapkan guna menghilangkan kesan “mahasiswa abadi”.

Kesulitan lain yang dihadapi Toha Ronodipuro berkaitan dengan belum dimilikinya pegangan atau pedoman untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran tinggi nasional. Satu-satunya ketetapan resmi yang dimiliki adalah penetapan penggunaan bahasa pengajaran yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk dosen asing. Toha mengeluarkan kebijakan mengenai penambahan dosen-dosen asing dengan alasan keterbatasan jumlah tenaga didik lokal.

Tak hanya itu, ia pun mengubah sistem penerimaan mahasiswa baru dengan hanya menerima lulusan sekolah menengah yang terkualifikasi menggunakan tes. Tindakan tegas dan disiplin kuat ini juga dibarengi dengan perbaikan fasilitas di kampus serta masih banyak lagi.

Sebagai seorang intelektual, Toha Ronodipuro tidak hanya terbatas dalam bidang kedokteran saja. Lebih dari itu, beliau benar-benar mengabdikan dirinya demi pertumbuhan Unair yang progresif, hingga tercapainya salah satu tujuan bangsa untuk mencerdaskan anak-anaknya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus