Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Sidang S3 di UI, Hasto Sebut Dirinya Bukan Cari Gelar Doktor

Menurut Hasto, mengejar ilmu pengetahuan seharusnya untuk menghormati bahwa Indonesia dibangun dengan tradisi intelektual luar biasa.

18 Oktober 2024 | 17.00 WIB

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto saat menjadi pembicara diskusi Beranda Politik di Komunitas Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur, Kamis, 12 September 2024. Tempo/Eka Yudha Saputra
Perbesar
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto saat menjadi pembicara diskusi Beranda Politik di Komunitas Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur, Kamis, 12 September 2024. Tempo/Eka Yudha Saputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan dirinya bukan mencari gelar saat ditanya salah satu penguji disertasinya selama sidang promosi doktor di Balai Sidang Universitas Indonesia atau UI, Depok, Jawa Barat, Jumat, 18 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Bung Karno pernah mengatakan ilmu pengetahuan harus berguna bagi amal kemanusiaan, karena itulah saya mengambil doktor kedua di UI ini bukan untuk mencari gelar,” kata Hasto saat menjawab pertanyaan dari Profesor Bambang Shergi Laksmono. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Hasto, mengejar ilmu pengetahuan seharusnya untuk menghormati bahwa Indonesia dibangun dengan tradisi intelektual luar biasa dari seluruh pemimpin bangsanya.

Hasto sebelumnya mendapat gelar doktor di bidang ilmu pertahanan dari Universitas Pertahanan pada Juni 2022. 

Dalam sidang promosinya di UI, Hasto menulis disertasi berjudul “Kepemimpinan Strategis Politik, Ideologi, dan Pelembagaan Partai serta Relevansinya terhadap Ketahanan Partai: Studi pada PDI Perjuangan”. Pria kelahiran Yogyakarta ini menyebut disertasinya dimulai dari pemikiran soal perubahan partai setelah lengsernya Presiden kedua RI Soeharto. 

"Partai berubah menjadi partai elektoral dan terjadi personalisasi serta bercirikan political industrial complex," kata Hasto membuka disertasi.

Dia mememaparkan perubahan partai yang mengedepankan elektoral sebagai akibat pergantian regulasi pemilu dan ketatnya kontestasi  politik. Menurutnya, kelembagaan partai penting diperkuat untuk membuat parpol bisa bertahan terhadap tantangan zaman.

"Perubahan regulasi pemilu dan ketatnya kontestasi menyebabkan partai tidak bisa survive, karena itulah diperlukan pelembagaan dan ketahanan partai beserta modelnya bagi peningkatan kualitas demokrasi Indonesia," katanya.

Hasto menyebut, pentingnya kelanjutan PDIP sepanjang perjalanan bangsa ke depan menjadi fokus penelitian. Menurutnya, hal ini berkaitan dengan kemampuan bertahan, tumbuh dan beradaptasi menghadapi berbagai tantangan.

Hasto dalam disertasi kali ini diuji empat profesor dari dalam dan luar negeri, yakni Gumilar Rusliwa Somantri, Bambang Shergi Laksmono, Sulistyowati Soewarno, dan Ludger Helms. Sementara itu, Sidang Terbuka Promosi Doktor dipimpin Athor Subroto dan dihadiri promotor Satya Arinanto, Hanief Saha Ghafur, dan Margaretha Hanita.

Hasto menyelesaikan studi kali ini selama tiga tahun. Dia mengikuti program doktoral yang kedua di Sekolah Kajian Strategic dan Global (SKSG) Universitas Indonesia setelah sebelumnya pada 2022.

 

 

 

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus