Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Politik Adi Prayitno menilai, ramainya tagar #AsalBukanPrabowo adalah sinyal kemungkinan berkoalisinya pasangan nomor urut satu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan pasangan nomor urut tiga Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Kemungkinan koalisi itu terbuka jika Pilpres berlangsung dalam dua putaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adi mengatakan, sinyal-sinyal koalisi ini sudah tampak sejak para kubu memperlihatkan kemesraan politiknya. Salah satunya, menurut Adi, adalah ketika Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristiyanto yang memberikan sinyal komunikasi dengan kubu 01. Begitupun sebaliknya, kubu 01 melalui Anies Baswedan juga menampakkan sinyalnya dengan mengucapkan ulang tahun ke PDIP dan memuji Megawati Soekarnoputri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Itu kan dua tanda, 01 dan 03 ini sedang membangun jembatan politik. Dalam pengertian yang sangat mungkin ini sebagai bekal ya untuk koalisi di putaran kedua," kata Adi saat dihubungi Tempo pada Senin, 29 Januari 2024.
Dari arah perbincangan publik, Adi menilai banyak orang menerka-nerka arah sinyal politik dua pasang calon tersebut. Bahkan, kata dia, hingga mucul tagar-tagar di media sosial yang mengatakan #AsalBukanPrabowo. Hal ini, menurut Adi, menjadi penebal kemungkinan berkoalisi 01 dan 03 di putaran kedua.
"Kalau mau ditambahkan melihat pembicaraan-pembicaraan publik terutama di media dan media sosial, sekarang itu bukan 01 dan 03. Tapi 01 lawan 02, 03 lawan 02. Ada kesan bahwa 02 ini kan jadi musuh. Ini yang paling mungkin bisa kita takar ya. Sebagai bekal untuk melihat apakah kemungkinan satu dan tiga bakal berkoalisi," katanya.
Meski begitu, Adi mengatakan, kedua paslon tersebut bisa juga gagal berkoalisi. Sebab, menurut dia, tidak ada jaminan partai pengusung keduanya utuh dan solid mulai dari kubu 01 juga 03.
"Misalnya kalau yang lolos putaran kedua, nomor tiga. Kan tidak ada jaminan partai seperti Nasdem, bisa menjadi bagian 03. Apalagi kawan-kawan Nasdem ini punya kedekatan historis dengan Prabowo, sama-sama orang Golkar. Mungkin nanti tanpa Nasdem. Tapi PKS dan PKB nya mungkin dengan PDIP," kata Adi.
Adi mengatakan, segala kemungkinan untuk koalisi akan kembali lagi berujung keputusan elite partai. Dia mencontoh Jokowi dan Prabowo yang sebelumnya rival kini bersatu dalam Pilpres 2024. "Siapa yang bisa membayangkan Prabowo dan Jokowi bisa berkoalisi. Pendukung saling bertabrakan saling berkomentar. Tapi, ketika keduanya mesra koalisi maka pendukungnya damai. Cebong dan Kampret sudah tidak ada lagi," katanya.