Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kusriyanto tak menduga barisan tentara akan menyerbu. Pagi Sabtu Legi 16 April itu, ia bersama 30-an warga dari Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan tengah berziarah. Mereka mendatangi makam lima anak korban ledakan mortir 14 tahun silam. Warga setempat lekat mengingat hari nahas, juga pada Sabtu Legi, ketika anak-anak bermain mortir yang mereka temukan di area latihan tentara Angkatan Darat. Mortir meledak dan menghancurkan sebuah rumah. ”Dua dari lima korban adalah adik saya,” kata Kusriyanto. Pada Sabtu siang dua pekan lalu, kenangan akan tragedi itu bertambah pahit. Tentara menembaki penduduk dengan peluru karet, juga memukuli mereka dengan popor senjata.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo