Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Wisudawan Terbaik Unair 2021 Kini Jadi Wisudawan Terbaik di Polandia, Raih IPK Sempurna

Ary Kurniawan Hardi, alumnus Unair lulus studi Magister dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna di Polandia.

22 November 2023 | 07.37 WIB

Ary Kurniawan Hadi, alumni Unair yang raih predikat wisudawan terbaik Nicolaus Copernicus University Polandia. Dok. Unair
Perbesar
Ary Kurniawan Hadi, alumni Unair yang raih predikat wisudawan terbaik Nicolaus Copernicus University Polandia. Dok. Unair

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ary Kurniawan Hardi, salah satu alumnus Universitas Airlangga (Unair) mendapatkan predikat wisudawan terbaik di Nicolaus Copenicus University, Polandia. Ia lulus studi Magister dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yakni 5.00 dari skala 5.00.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Raihan ini bukan pertama kalinya bagi Ary. Sebelumnya pada tahun 2021, ia juga mendapatkan gelar wisudawan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair. Ary tamat dengan IPK 3.98.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alhamdulillah, aku sangat senang dan tidak pernah menyangka bisa meraih gelar wisudawan terbaik untuk kedua kalinya. Aku harap prestasi ini bukan ajang untuk aku bergengsi, tapi pengingat bahwa aku punya tanggung jawab moral untuk melakukan sesuatu yang berdampak dan bermanfaat bagi masyarakat,” kata Ary, dilansir Tempo dari laman Unair pada Selasa, 21 November 2023.

Meneliti hukum internasional

Ary mengambil studi International Politics and Diplomacy. Ia pilih hukum internasional untuk fokus tesisnya. Namun, proses pengerjaannya tak mulus begitu saja. Ary sempat merasakan beberapa kendala.  

Mulanya, ia berencana untuk meneliti sistem pertahanan di Indonesia, lebih detailnya soal pengadaan alat-alat militer. Namun, sejumlah faktor menjadi kendala, terutama dalam hal ketersediaan data. Akhirnya, Ary memutuskan untuk ganti topik menjadi hukum internasional.

Keputusan itu pun membuatnya semakin tertantang karena harus banyak belajar tentang hukum internasional. Sebab, latar belakang konsentrasi keilmuan Ary adalah ilmu politik.

“Jadi, aku harus berusaha keras untuk membiasakan diri dengan terminologi hukum-hukum internasional. Aku harus banyak meluangkan waktu untuk membaca buku-buku hukum internasional yang notabene penuh dengan istilah-istilah dari bahasa Yunani,” kata laki-laki asal Mataram itu.

Berkat disiplin dan kerja kerasnya, Ary pun berhasil merampungkan tesis dengan perolehan IPK sempurna. Bahkan, ia sempat tak percaya diri karena penelitian yang multidisiplin dan mendapatkan dosen penguji seorang pengacara internasional.

“Ini hal yang baru buat aku. Aku harus membaca jenis-jenis insurgency dan berbagai perspektif hukum dari berbagai macam negara. Belum lagi, di semester akhir aku juga ikut banyak kegiatan mulai dari konferensi, summer camp, dan penelitian. Jadi, sungguh menantang dan berat,” kata Ary.

Tak lepas dari budaya belajar di Unair 

Ary mengatakan, pencapaiannya saat ini tak terlepas dari budaya belajar yang dirasakan di Unair. Budaya belajar seperti berani berpendapat, berpikir kritis dan skeptis terhadap permasalahan yang ia peroleh selama berkuliah di Unair, ia aplikasikan di kampus S2. 

“Di Unair, aku dididik untuk jadi kritis dan aku berusaha untuk menerapkan itu di Polandia. Jika ada kelas, aku sering bertanya kepada dosen. Jadi, dosen juga senang,” kata Ary.

Menurut Ary, bekal dari Unair sangat berguna, sebab budaya belajar di Polandia cenderung statis. Akibatnya, mahasiswa minim usaha untuk berani berbicara dan berkreasi. Misalnya saja ketika dosen memberikan tugas esai, mahasiswa cenderung terpaku pada pola yang diberikan dosen. 

Berbeda dengan mahasiswa Indonesia yang dikatakan Ary berusaha untuk berkreasi dan tidak terlalu terpaku pada aturan tugas. “Jadi, dosen-dosen di sini juga sangat suka baca tulisan mahasiswa Indonesia. Itulah kultur belajar yang aku dapatkan selama S1 dan aku terapkan di sini.”

Ditawari jadi dosen Unair 

Selama menempuh studi magister, komunikasi Ary dengan kampus sarjananya masih terjalin. Ia pernah terlibat dalam publikasi buku sebagai salah satu penulis. Pada Desember mendatang, ia akan manjadi fasilitator pengabdian masyarakat dan penelitian Center for Security and Welfare Studies di Lombok.

Recently, aku juga ditawari untuk jadi dosen Unair. Rencananya, minggu depan aku mau ke Surabaya untuk menjalankan tes. Semoga hasilnya positif dan aku bisa segera menjadi bagian dari Unair. Jadi, mohon doanya,” kata Ary.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus