TEMPO.CO, Karangasem - Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pergerakan magma ke permukaan semakin meningkat. "Indikasi ini terlihat dari meningkatnya frekuensi gempa vulkanis dalam, vulkanis dangkal, dan tektonis lokal," kata Sutopo dalam rilisnya pada Selasa, 26 September 2017.
Menurut Sutopo, Pos Pengamatan Gunung Agung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, pada Senin, 25 September 2017, jumlah gempa vulkanis dalam sebanyak 564 kali. Sedangkan gempa vulkanis dangkal terjadi 547 kali dan gempa tektonis lokal 89 kali.
Baca:
Fase Kritis Gunung Agung, Begini Tanda-tandanya
Gunung Agung Semakin Kritis
"Jumlah kejadian gempa ini lebih besar daripada sebelumnya," ucapnya. Namun, meski sudah berstatus awas atau level IV, belum bisa diketahui kapan Gunung Agung meletus.
Letusan gunung bergantung pada kekuatan dorongan magma. “Jika kekuatan dorongan besar dan mampu menjebol sumbat lava, akan terjadi letusan."
Baca juga:
Alasan Pansus Hak Angket KPK Belum Buat Rekomendasi
KPK Akan Buka Rekaman Pembicaraan Setya di Praperadilan E-KTP...
Saat Gunung Agung ditetapkan berstatus awas pada Jumat, 22 September 2017, Kepala PVMBG Kasbani menuturkan radius kawasan rawan bencana diperluas, yang sebelumnya 6 kilometer menjadi 9 kilometer. Ditambah sektoral 7,5 kilometer menjadi 12 kilometer.
"Perlu ditambah (radius) untuk keselamatan,” kata Kasbani. Pada 1963, material yang dimuntahkan Gunung Agung sebesar kepalan tangan. “Material itu terlontar sampai 6 kilometer."
BRAM SETIAWAN