Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bahaya Anemia buat Ibu Hamil  

image-gnews
Steadyhealth.com
Steadyhealth.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kusbandrio, Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Kabupaten Lebak, Banten, tak henti memutar otak. Berbagai upaya telah dia lakukan, tapi angka kematian ibu melahirkan di wilayahnya masih tetap tinggi.

"Penyebab terbesar akibat perdarahan. Hal itu dimungkinkan karena banyak ibu hamil mengalami anemia atau kekurangan zat besi," kata Kusbandrio pada temu media tentang suplementasi zat besi pada ibu hamil, di Hotel Four Season, Jakarta, Kamis lalu, 30 Agustus 2012. Merujuk hasil sebuah survei pada 2007 lalu, ia melanjutkan, "Sebanyak 35 persen ibu hamil di Lebak mengalami anemia."

Data Dinas Kesehatan Kabubaten Lebak 2008 menyebutkan angka kematian ibu mencapai 246 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka itu masih di atas angka kematian ibu di Indonesia, yang menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan target Millenium Development Goals Indonesia 2015, yakni 102 per 100 ribu kelahiran hidup, jelas penurunan angka kematian ibu di Lebak masih jauh dari harapan.

Masih tingginya angka kematian ibu melahirkan juga terjadi di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Salah satu penyebabnya, sama dengan di Lebak, yakni ibu mengalami perdarahan akibat kekurangan zat besi. Kenyataan pahit ini diakui oleh Tomi Herutomo, Kepala Seksi Promosi Kesehatan Purwakarta, yang hadir dalam temu media.

Menurut Direktur Micronutrient Initiative Indonesia Elvina Karyadi kekurangan zat besi pada ibu hamil di Indonesia memang masih menjadi masalah besar. Elvina, yang juga dokter spesialis gizi klinik, menyatakan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia mencapai 40-50 persen. Padahal, anemia pada ibu hamil bisa menyebabkan banyak masalah. Antara lain, bayi lahir prematur, bayi berat lahir rendah, dan mendongkrak risiko kematian pada bayi yang dilahirkan. "Pada anemia yang berat juga bisa meningkatkan risiko kematian ibu dalam proses persalinan,” kata Elvina pada kesempatan yang sama.

Zat besi (Fe) adalah mineral yang sangat dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Beberapa makanan yang menjadi sumber zat besi adalah daging merah, hati, kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Asupan vitamin C yang cukup akan membuat penyerapan zat besi di dalam tubuh menjadi lebih baik. Sebaliknya, teh dan kopi akan menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh.

Literatur menyebutkan, pada masa kehamilan, volume darah ibu hamil bertambah. Saat usia kehamilan cukup bulan, volume darah ini akan bertambah 40-45 persen dibandingkan sebelum hamil. Akibatnya, anemia fisiologis akan terjadi pada kehamilan trisemester pertama dengan jumlah kadar hemoglobin sebesar 10-12 gram per desiliter. Ini akan diidentifikasi sebagai anemia kehamilan jika kadar hemoglobin kurang dari 11 gram per desiliter. Karena itulah, suplementasi zat besi pada wanita hamil penting dilakukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebenarnya upaya mengatasi anemia pada ibu hamil sudah dilakukan pemerintah sejak 1970-an. Melalui program suplementasi tablet tambah darah secara cuma-cuma, ibu hamil diberikan 90 tablet yang mesti diminum selama masa kehamilan sampai masa nifas. Tablet ini berisi 60 miligram zat besi dan 0,25 miligram asam folat. Repotnya, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, meskipun 80,7 persen perempuan usia 10-59 tahun telah mendapatkan tablet ini, namun hanya 18 persen yang mengkonsumsi tuntas hingga 90 tablet.

Ketidakpatuhan mengkonsumsi suplemen tambah darah dan kurangnya pengetahuan manfaat zat besi menjadi penyebab rendahnya angka konsumsi tablet ini pada ibu hamil. “Banyak ibu hamil yang tidak mau minum karena ada keluhan, misalnya mual," kata Tomi, "Hal itu terjadi karena ketidaktahuan mereka tentang risiko yang terjadi jika ibu hamil mengalami anemia.”

Dokter Ridwan Gustiana, Ketua Yayasan IBU, yang juga hadir dalam temu media, menguatkan pernyataan Tomi. Menurut dia, rasa mual mestinya tidak menjadi halangan bila dibanding manfaat tablet tambah darah selama kehamilan. Hal lain yang mendorong keengganan ibu hamil mengonsumsi tablet ini adalah kekhawatiran nanti bayinya akan menjadi hitam. Padahal, persepsi itu salah besar. Meski zat besi berwarna hitam, kata dia, "Namun, zat itu tidak berpengaruh pada warna kulit bayi."

AMIRULLAH

Berita Terpopuler:
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 6)

Andik Vermansyah Pindah Ke Liga Utama Amerika

Transaksi Gendut Para Politikus Senayan

Polisi Tahan Kuasa Hukum John Kei

Panwaslu: Iklan Televisi Jokowi Masuk Pelanggaran

Jarak Tempuh Sepeda Motor Bakal Dibatasi

Doberman Ikut Jaga Hillary Clinton di Jakarta

Scientology Seleksi Calon Istri Tom Cruise

Calo Penerimaan Pegawai Negeri Diungkap

Jangan Katakan Kalimat Ini ke Anak Anda

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

4 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

6 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

6 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

13 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

15 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

15 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

15 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

16 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

16 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

19 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.