Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Pasien Cuci Darah Meninggal di Rumah Sakit

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Ilustrasi ruang Intensive Care Unit (ICU) pada rumah sakit. hamptonregional.com
Ilustrasi ruang Intensive Care Unit (ICU) pada rumah sakit. hamptonregional.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta- Hisar Pandapotan Sitompul, 51 tahun, warga Pondok Indah meninggal dunia setelah disebut terlambat menjalani cuci darah di rumah sakit tempat dia dirawat. Dia meninggal setelah hampir dua hari mengalami sesak napas.

Hal itu dituturkan istri Hisar, Apriyanti, 32 tahun. Ibu dari tiga anak ini harus menyaksikan suaminya menderita karena sesak napas semenjak masuk ke Rumah Sakit Setia Mitra Cilandak Jakarta Selatan pada Ahad 21 Desember 2014 pagi. "Dia sesak napas sejak Sabtu. Paginya kami bawa ke rumah sakit," kata dia Sabtu 17 Januari 2015. (Baca:Pasien Wafat di Rumah Sakit, Akibat Malpraktek?)

Untuk diketahui, Hisar adalah penderita gagal ginjal. Oleh Rumas Sakit Siloam tempat dia pertama kali berobat, dia diharuskan menjalani cuci darah seminggu dua kali sejak bulan November 2014 lalu. Biasanya, Hisar menjalani cuci darah di Klinik Husada.

Pada 17 Desember 2014, dia pernah menjalani operasi Semino (pembuatan saluran di bagian lengan) untuk cuci darah RS Setia Mitra. Karenanya, ketika ada keluhan sesak napas, keluarganya membawa ke rumah sakit tersebut.

Selama suaminya menjalani perawatan, Apriyanti mengaku merasakan banyak kejanggalan. Pertama, karena setelah masuk IGD pada Ahad pagi, siangnya pasien dimasukkan ke ruang rawat inap. "Kalau melihat kondisi, mungkin seharusnya dia masuk ICU," kata dia. Berdasarkan pemeriksaan dokter, pasien mengalami sesak napas karena paru-paru tergenang cairan dan jantung bengkak. (Baca: Gagal Ginjal Jadi Talangan Terbanyak Jamkesmas)

Pasien pun menjalani perawatan di ruang rawat inap. Sampai mendapat pertolongan berupa pemberian Furosemide (obat untuk mengeluarkan cairan melalui air seni), tak ada perubahan terhadap kondisi pasien. "Dia masih sesak napas. Dia tak bisa tidur karena kalau posisi berbaring makin sesak katanya," ujar Apriyanti.

Ahad malam, keluarga meminta agar pasien segera melakukan cuci darah untuk mengeluarkan cairan di dalam paru-parunya. Namun, saat itu, kata Apriyanti, pihak rumah sakit belum bisa melakukan itu. "Salah satu alasannya harus ada travel link dulu," kata dia.

Travel link adalah hal yang dibutuhkan untuk melakukan cuci darah dari klinik yang lama ke klinik yang baru. Selain itu, baik dokter atau suster jaga mengatakan cuci darah tak bisa dilakukan Ahad itu karena harus menunggu dokter yang bertanggungjawab pada pasien, yaitu dokter Imam Effendi memutuskan tindakan selanjutnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Senin 22 Desember 2014 pukul 06.00 WIB, dokter Imam datang memeriksa pasien dan memutuskan pasien untuk menjalani cuci darah. Dijadwalkan, cuci darah akan dilaksanakan pukul 07.00 WIB. Namun, pada jam itu belum bisa dilaksanakan karena harus ada travel link. Pukul 08.30 WIB, travel link siap namun cuci darah baru bisa dilakukan pada pukul 10.00 WIB. "Katanya sedang dipakai pasien lain," kata Apriyanti. (Baca: Kartu Jakarta Pintar Tahap II Dibagikan 12 April)

Pukul 10.00 WIB, pasien yang sudah mengalami sesak napas hampir dua hari harus kembali menunggu. Cuci darah ditunda satu jam lagi karena mesin cuci darah masih digunakan. "Suami saya kehilangan kesadaran sekitar pukul 10.45 WIB," kata Apriyanti.

Pertolongan darurat pun segera diberikan. Pasien dimasukkan ke ICU. Namun, 10 menit kemudian pasien dinyatakan meninggal dunia. "Kata dokter dia meninggal karena paru-parunya tergenang cairan," kata Apriyanti. Pada 10.50 WIB, keluarga sempat diizinkan masuk ICU untuk melihat pasien yang sedang dipompa jantungnya. "Dia dibaringkan."

Dari rentetan itu, Apriyanti merasa ada yang salah dengan kematian suaminya. Keluarga menduga ada tindakan medis atau keputusan tindakan medis yang terlambat dan tidak maksimal. "Kalau dari Ahad itu sudah menjalani cuci darah, saya yakin dia bisa selamat," kata adik pasien, Dian Sitompul, 50 tahun.

Atas kejanggalan itu, akhirnya keluarga membawa permasalahan ini ke ranah hukum. Apalagi setelah pihak rumah sakit tak merasa bersalah atas kasus ini. "Kami lapor ke Polda atas dugaan malpraktek," kata dia.

NINIS CHAIRUNNISA

Baca berita lainnya:
Tunda Budi, Jokowi Hindari 3 Masalah Besar

Jokowi Pilih Budi Gunawan, Ahok: Orang Salah Paham

Jokowi Tunda Budi Gunawan, Ini Drama di Istana

Abdee Slank Bicara Soal Artis dan Keputusan Jokowi

Tunda Budi, Jokowi Atasi Desakan Kubu Megawati

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kondisi Perdana Menteri Slovakia Stabil, tapi Masih Kritis

1 hari lalu

Perdana Menteri Slovakia Robert Fico dipindahkan ke F.D. Rumah Sakit Universitas Roosevelt setelah dia terluka dalam insiden penembakan di Handlova, di Banska Bystrica, Slovakia, 15 Mei 2024. REUTERS/Stringer
Kondisi Perdana Menteri Slovakia Stabil, tapi Masih Kritis

Kementerian Kesehatan menjelaskan Perdana Menteri Slovakia sudah dipindah ke rumah sakit di Bratislava. Kondisinya stabil.


20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

3 hari lalu

Reaksi seorang pelayat saat memegang jenazah seorang anak Palestina yang tewas dalam serangan Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di rumah sakit Abu Yousef al-Najjar di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 6 Mei 2024. Otoritas Palestina mengatakan bahwa lebih dari 15.000 anak terbunuh di Jalur Gaza sejak awal operasi militer Israel pada 7 Oktober 2023. REUTERS/Mohammed Salem
20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah


Palang Merah Buka Rumah Sakit dengan Kapasitas 60 Tempat Tidur di Gaza

5 hari lalu

Rumah sakit lapangan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan. Sumber: ICRC
Palang Merah Buka Rumah Sakit dengan Kapasitas 60 Tempat Tidur di Gaza

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) membuka rumah sakit dengan kapasitas 60 tempat tidur di Rafah, Gaza selatan.


Jokowi Hapus Kelas BPJS Kesehatan, Nilai Iuran belum Ditentukan

5 hari lalu

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau fasilitas dan pelayanan kesehatan di RSUD Sibuhuan, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatra Utara, pada Jumat, 15 Maret 2024. Jokowi melihat proses pelayanan BPJS Kesehatan yang dia klaim sudah baik. Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Hapus Kelas BPJS Kesehatan, Nilai Iuran belum Ditentukan

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghapus pembagian kelas rawat inap BPJS Kesehatan. Nilai iuran yang baru belum ditentukan.


Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

5 hari lalu

Petugas melayani peserta BPJS Kesehatan di kantor cabang Proklamasi, Jakarta.
Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI mempertanyakan alasan pemerintah menerapkan sistem Kelas Rawat Inap Standar dalam layanan BPJS Kesehatan.


Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

6 hari lalu

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti. TEMPO/M Taufan Rengganis
Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

Terpopuler: Jokowi memberlakukan kelas standar untuk rawat inap pasien BPJS Kesehatan, Muhammadiyah tanggapi bagi-bagi izin tambang untuk Orman.


Surabaya Hospital Expo ke-18 Diharapkan Bisa Dukung Industri Alkes di Timur Indonesia

9 hari lalu

Ilustrasi pameran kesehatan/Surabaya Hospital Expo
Surabaya Hospital Expo ke-18 Diharapkan Bisa Dukung Industri Alkes di Timur Indonesia

Panitia menargetkan kehadiran 3 ribu pengunjung dalam Surabaya Hospital Expo ke-18 untuk dukung layanan unggulan rumah sakit di Timur Indonesia


Kasus Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas Dihentikan

9 hari lalu

Ilustrasi pembunuhan. indiatoday.in
Kasus Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas Dihentikan

Polisi menghentikan kasus hukum ayah di Bekasi berinisial N yang menghantam anak kandungnya berinisial C, 35 tahun dengan linggis hingga tewas.


Pembangunan RS Muara Badak Siap Rampung Akhir Tahun

12 hari lalu

Pembangunan RS Muara Badak Siap Rampung Akhir Tahun

Progres pembangunan RS Muara Badak berjalan positif tanpa ada hambatan yang berarti.


Presiden Jokowi Resmi Meluncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

12 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Presiden Jokowi Resmi Meluncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Pendidikan Dokter Spesialis menjadi penting mengingat rasio dokter dibanding penduduk Indonesia sangat rendah, yakni 0,47 per 1.000 penduduk.