TEMPO.CO, Jakarta - Senior analis dari Bina Artha Securities Reza Priyambada mengatakan, perkara yang membelit mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero)Tbk Emirsyah Satar berdampak pada laju saham Garuda.
Berdasarkan data RTI pada Jumat, 20 Januari 2017, harga saham Garuda dibuka di level Rp 346. Namun pukul 09.06 WIB, harga saham garuda kembali turun 4 poin atau 1,16 persen persen ke level Rp 342.
Baca : Rolls-Royce Akui Menyuap di Enam Negara, Ini Rinciannya
Dia melihat penurunan harga saham pada Garuda itu lebih diakibatkan oleh aksi ambil untung atau profit taking yang dilakukan investor dengan cara memanfaatkan pemberitaan negatif dari Garuda.
"Kemudian ada pemberitaan korupsi pengadaan mesin pesawat itu, jadi pasar kemudian memanfaatkan itu untuk profit taking," ucap Reza Priyambada saat dihubungi Tempo, Jumat, 20 Januari 2017.
Baca : Saham Garuda Turun, Gara-Gara Mantan Dirut Jadi Tersangka?
Pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis, 19 Januari 2017, saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, GIAA, turun 2,26 persen atau 8 poin ke level Rp 346 per lembar saham. Saham Garuda diperdagangkan di rentang Rp 346-Rp 362, sebanyak 15,21 juta saham, sebanyak 1.103 kali dengan nilai transaksi Rp 5,37 miliar.
Reza mengatakan manajemen perlu mengamati dari sisi kepercayaan investor, yang kemungkinan terganggu dengan adanya pemberitaan ini. Dia menyarankan manajemen harus segera melakukan klarifikasi menyangkut masalah bekas pimpinannya.
Jika dirasa pemberitaan tersebut mengganggu rencana ekspansi Garuda, maka sebaiknya perusahaan memberikan klarifikasi, disertai dengan pemaparan kinerja positif Garuda yang diperoleh selama ini.
Meski demikian Reza berpendapat perkara dugaan suap yang menimpa Emir tidak mempengaruhi kinerja Garuda di masa mendatang. Mengingat saat ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Emir bukan lagi menjabat sebagai Direktur Utama.
DESTRIANITA