Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Adu Bomber Siluman: B-21 AS Vs H-20 Cina Vs PAK-DA Rusia,

Amerika Serikat, Cina dan Rusia sedang mengembangkan pesawat bomber siluman, yakni B-21 dari AS, H-20 dari Cina dan PAK-DA dari Rusia

28 November 2019 | 11.57 WIB

Bomber siluman Rusia Tupolev PAK-DA (militarywatchmagazine.com)
Perbesar
Bomber siluman Rusia Tupolev PAK-DA (militarywatchmagazine.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat, Cina dan Rusia sedang mengembangkan pesawat bomber siluman. Ketiganya adalah B-21 dari AS, H-20 dari Cina dan PAK-DA dari Rusia, ketiganya diklaim sebagai bomber terbaik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ketiga pesawat itu memiliki bentuk yang sama, dan dipasang dengan berbagai teknologi canggih, termasuk senjata nuklir. Namun apa perbedaan ketiga pesawat tersebut? Berikut detailnya, seperti dikutip National Interest beberapa waktu lalu:

Bomber siluman B-21 sedang disiapkan untuk Angkatan Udara AS oleh Northrop Grumman. Tapi pembom baru berteknologi tinggi ini tidak sendirian. Foto-foto telah muncul menggambarkan pembom siluman Cina H-20, yang diperkirakan akan segera terbang dalam 1 atau 2 tahun lagi. Rusia tidak mau ketinggalan dengan mengembangkan Tupolev PAK-DA yang tak kalah dahsyat.

1. Bomber siluman B-21 AS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bomber Siluman B-21 milik AS. (af.mil)

Northrop Grumman sedang membangun B-21 pertama di Palmdale, California, AS. Perusahaan itu pada 2015 memenangkan kontrak untuk mengembangkan dan membangun lebih dari 100 unit B-21.

"Hari ini kami memiliki pesawat terbang di sana yang akan menjadi test jet pertama kami," kata Randall Walden, Direktur Program Pesawat Militer Northrop, kepada National Defense.

B-21 ditargetkan melakukan penerbangan pertamanya pada akhir 2021 atau awal 2022. "Hal-hal seperti komponen besar datang bersama, integrasi, uji darat, semua hal yang mengarah ke penerbangan pertama harus diselesaikan," ujar Walden. "Ada banyak hal yang harus terjadi antara sekarang dan beberapa tahun ke depan, tapi secara umum, itulah tujuan kami."

Angkatan Udara AS masih belum memutuskan berapa banyak B-21 yang akan dibeli. Bomber tersebut diperkirakan bernilai US$ 600 juta (setara Rp 8,5 triliun). "Kami sedang menjajaki struktur kekuatan antara B-1, B-2 dan B-52," tutur Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Jenderal Stephen Wilson pada Juli 2019.

Wilson menekankan bahwa layanan tersebut membutuhkan setidaknya 100 unit B-21. Dalam misi nuklirnya, Angkatan Udara akan mempersenjatai B-21 dengan rudal Long-Range Stand-Off (LRSO), rudal jelajah nuklir generasi penerus.

Bomber ini juga akan membawa bom gravitasi nuklir B-61 yang jatuh bebas, khususnya bom B61-12 baru dengan kemampuan dial-a-yield. Kombinasi dari kedua senjata ini memungkinkan B-21 untuk menggunakan rudal jelajah tersembunyi untuk membersihkan jalur melalui jaringan pertahanan udara musuh sebelum menjatuhkannya pada target primer dan sekunder.

Untuk misi konvensional, B-21 akan membawa rudal jelajah konvensional JASSM-ER dan 900 kg GBU-31 Joint Directed Attack Munition bom berpemandu satelit. B-21 dapat menggunakan senjata ini dengan cara yang sama seperti senjata nuklirnya, meledakkan melalui jaringan pertahanan musuh sebelum menjatuhkan JDAM.

B-21 juga dapat digunakan sebagai truk rudal, meluncurkan hingga 16 JASSM-ER di target musuh dari jarak jauh, atau menembus pertahanan musuh yang kurang canggih. B-21 juga bisa membawa bom Penetrator Massive, persenjataan konvensional terbesar yang beratnya 1,3 ton. Selama ini B-2  merupakan satu-satunya pembom yang mampu mengangkat bom raksasa.

2. Bomber siluman H-20 Cina

Bomber siluman H-20 Cina diperkirakan dapat mengudara di langit Asia tahun depan dan diproduksi massal pada 2025. Pada Oktober 2018, media Cina mengumumkan bahwa Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) akan mengungkap bomber siluman H-20 barunya saat parade merayakan ulang tahun ke 70 angkatan udara tahun 2019.

H-20 kemungkinan akan mampu membawa senjata nuklir. Hal ini karena bomber H-6  tidak lagi dikonfigurasikan untuk serangan nuklir.

Pengembangan teknologi pesawat siluman Cina di pesawat tempur siluman J-20 dan J-31 merupakan prasyarat proyek H-20. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan membangun pesawat besar dan jarak jauh dengan desain dan teknik manufaktur komputer modern, teknologi presisi untuk produksi massal eksterior pesawat siluman.

Menurut sebuah studi oleh Rick Joe di The Diplomat, H-20 yang mulai dirancang pada awal 2010-an, memiliki karakteristik mesin empat turbofans WS-10A non-afterburning Taihang yang dibenamkan di bagian atas permukaan sayap dengan lubang intake berbentuk S.Pesawat pembom H-20, sebuah pesawat berkecepatan subsonic dengan kemampuan stealth. Alusista ini tergolong senjata strategis, saat ini masih berusaha dikembangkan dan dijadwalkan, siap digunakan pada tahun 2020. Dibuat oleh AVIC sebuah perusahaan perancang pesawat, namun spesifikasi teknis masih menjadi misteri hingga saat ini. ecnmag.com

Perlu dicatat bahwa WS-10 telah terganggu oleh masalah besar, tapi itu tidak menghentikan Cina menggunakan WS-10. Bomber strategis baru ini diperkirakan memiliki radius tempur maksimum yang tidak diisi bahan bakar melebihi 5.000 mil dan muatan antara H-6 sepuluh ton dan B-2 dua puluh tiga ton.

Bomber strategis baru ini diperkirakan memiliki radius tempur maksimum 8 ribu km dengan muatan antara 10 sampai 23 ton, kapasitas muatan H-6 dan B-2. Ini karena H-20 dilaporkan dirancang untuk menyerang sasaran di luar ring 2 (meliputi pangkalan AS di Jepang, Guam, Filipina) dari pangkalan darat Cina. Rantai pulau ketiga meluas ke Hawaii dan pesisir Australia.


3. Tupolev PAK-DA

Selain AS dan Cina, Rusia juga mengembangkan pembom strategis generasi berikutnya. Disebut PAK-DA atau Kompleks Penerbangan Prospektif untuk Penerbangan Jarak Jauh,.

PAK-DA diperkirakan akan menggantikan semua pembom strategis di Angkatan Udara Rusia pada dekade berikutnya.

Prediksi pada Mei 2018, PAK-DA akan terbang pada 2025-2026 dan memasuki produksi pada 2028 atau 2029. PAK-DA akan menerima sebutan Tu- karena sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh Biro Desain Tupolev.

Prototipe awalnya dijadwalkan untuk lepas landas pada 2019 (Seperti yang diumumkan pada 2014). Direktur Tupolev merevisi ini untuk mengatakan bahwa peluncuran prototipe pertama diharapkan sekitar 2021-2022. Saat ini, prototipe PAK-DA untuk tes penerbangan akan diproduksi sekitar pertengahan 2020.

Tupolev sekarang sibuk dengan produksi Tu-160M2, yang baru-baru ini menyelesaikan uji coba penerbangan, sehingga menunjukkan bahwa PAK-DA masih dalam tahap pengembangan awal. Sumber menyatakan bahwa maket PAK-DA skala rendah dalam komposit dan maket ukuran penuh pada kayu telah dibangun.

Sebagai pembom strategis, PAK-DA akan bertanggung jawab atas serangan senjata nuklir untuk menembus pertahanan udara musuh jika terjadi perang nuklir. Peran ini diwarisi dari pembom strategis Tu-95 dan Tu-160 yang saat ini beroperasi.

Bomber Tu-95 dan Tu-160 saat ini menggunakan rudal jelajah yang diluncurkan melalui udara (ALCM) sebagai metode serangan utama untuk hulu ledak nuklir, khususnya Kh-55SM dan Kh-102. PAK-DA kemungkinan akan menggunakan pengembangan lebih lanjut versi rudal ini atau ALCM baru.

Elektronik Tupolev PAK-DA dikatakan mirip dengan Tu-160M2, memungkinkan pengembangan yang lebih cepat. PAK-DA juga dikatakan dapat menggunakan lapangan udara apa saja, menyiratkan bahwa itu mungkin memiliki kemampuan untuk lepas landas lebih pendek daripada Tu-160 atau bahkan Tu-95.

NATIONAL INTEREST | THE DIPLOMAT | NATIONAL DEFENSE

Yudono Yanuar

Yudono Yanuar

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus