Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 2.700 tahun lalu, para penyembah di altar suci di Israel diduga telah memiliki kebiasaan menggunakan ganja. Tim peneliti menemukan bekas bakaran jenis tanaman itu bersama frankincense (resin pekat aromatik asal satu jenis pohon di Afrika) di situs ritual keagamaan kuno di tengah padang pasir di bekas wilayah Kerajaan Yehuda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Para peneliti menemukannya setelah menganalisis sisa residu yang tersisa di atas dua tempat persembahan di lokasi itu. Sisa bakaran ganja itu adalah bukti pertama yang diketahui dari sebuah bahan halusinogenik yang ditemukan di Kerajaan Yehuda, sebuah kawasan yang kini menjadi sebagian Tepi Barat dan Israel tengah. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal milik Institut Arkeologi, Universitas Tel Aviv, 28 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Dengan temuan ganja yang dibakar di situs pada zaman besi ini kita bisa menduga kalau ritual mengubah kesadaran merupakan bagian penting dari upacara yang dilakukan di tempat ini,” kata Eran Arie, kurator arkeologi zaman besi dan periode Persia di Museum Israel di Yerusalem.
Para ahli arkeologi pertama menggali situs ini pada 1960-an. Mereka mengungkap dua benteng yang berasal dari abad 9 hingga awal abad 6 sebelum Masehi yang berlokasi di sisi selatan perbatasan Kerajaan Judah. Selama eskavasi, arkeolog menemukan sebuah kuil yang masih relatif utuh, berasal kira-kira dari abad 750 sampai 715 sebelum masehi.
Di muka kuil itu didapati dua tempat persembahan dari batu gamping, satu berdiri setinggi 40 sentimeter dan yang lain 50 sentimeter. Pada setiap permukaan batu itu didapati bekas material organik yang menghitam dan keras. Berdasarkan karakteristik dari kedua batu itu, para penelitinya menyimpulkan kalau yang mereka temukan adalah sebuah tempat persembahan, berfungsi mengantar ke bagian dalam dari lokasi Tabernakel di mana Tuhan diyakini hadir.
Situs kuil suci kuno peninggalan Kerajaan Yehuda di Israel. Asaf Z
Peneliti telah mendapati residu itu pada 1960-an, tapi saat itu tak didapat kesimpulan apapun selain satu yang mengandung lemak hewan. Arie memutuskan menganalisa ulang bahan kimianya, terutama setelah mendapati residu itu tak lekang di atas altar.
Dia mengajak Dvory Namdar dari Institut Ilmu Tanaman di Pusat Riset Pertanian Volcani di Israel untuk penelitian tersebut. Namdar memiliki kepakaran dalam analisis residu bahan aromatik tanaman kuno. “Tapi kami tak pernah menduga sebelumnya kalau ini ternyata adalah daun ganja,” kata Arie.
Terkejut dengan temuannya sendiri, Namdar sempat curiga kalau sampel telah terkontaminasi bekas riset daun ganja di laboratoriumnya. Jadi, mereka mengambil ulang sampel dari altar kuno dan mebawanya ke laboratorium lain di Universitas Yahudi Yerusalem. “Dan hasilnya, sama,” kata Arie.
Penelitian terbaru mengungkap kalau batu persembahan yang lebih kecil mengandung bakaran tanaman ganja dan kotoran hewan. “Kelihatannya kotoran itu digunakan untuk membakar ganja. Kotoran terbakar lambat sehingga bisa memperlama proses pembakaran,” kata Arie.
Sedang batu persembahan yang lebih tinggi memiliki sisa frankincense dan lemak hewan yang berperan membantu evaporasi resin dari tanaman itu. Menurut Arie, altar ini sekaligus menyediakan bukti pertama kalau frankincense yang biasa digunakan masyarakat Arab digunakan pula dalam praktik di Kerajaan Yehuda.
“Secara khusus, temuan ganja mengindikasikan kalau orang-orang mungkin telah dengan sengaja memanfaatkan jenis tanaman itu untuk khasiat halusinogenik-nya untuk menstimulasi ekstasi selama upacara keagamaan, setidaknya semasa abad 8 SM,” kata Arie.
Praktik di altar itu juga mengingatkan kepada First Temple, juga dikenal sebagai Altar Solomon yang juga berlokasi di Kerajaan Yehuda dan digunakan pada masa yang sama. Kitab Suci menulis altar Solomon menggunakan frankincense.
Patrick McGovern dari Biomolecular Archaeology Project di Pennsylvania Museum di Philadelphia, Amerika Serikat, menilai temuan kasus penggunaan tanaman psikoaktif dalam ritual keagamaan kuno suku di Israel sangat revolusioner. Namun dia berharap ada studi lebih mendalam lagi. “Dugaan bahwa ganja dipanaskan untuk melepaskan zat psikoaktifnya ketimbang aromanya--yang digantikan dari resin--masih memiliki banyak pertanyaan,” katanya.
Dia memberi catatan kalau kitab suci Yahudi tak ada menyebut sama sekali penggunaan tanaman ganja. Pun dengan ketiadaan bukti arkaebotanikal untuk jenis tanaman yang sama di kuiil-kuil suci. Sebaliknya, “Yang selama ini dikenal adalah zat psikoaktif dari fermentasi anggur.”
LIVESCIENCE | HAARETZ