Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sering bertugas melatih operator pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di daerah terpencil di Maluku Barat Daya membuat Cembrist Kailola, petugas dari Balai Latihan Kerja (BLK) Ambon, 36 tahun, memahami arti penerangan listrik bagi masyarakat yang tertinggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Warga terpencil membutuhkan listrik hanya untuk penerangan saja, tidak seperti di perkotaan. Mereka tak ada listrik sama sekali, dengan adanya PLTS diharapkan terang dulu, kalau daya lebih besar tersedia mungkin bisa untuk barang lain, seperti kulkas, televisi," ujar pria yang akrab dipanggil Jhems itu, menceritakan pengalamannya sebagai instruktor BLK di akhir pekan terakhir bulan Oktober di Pulau Tunda, Kabupaten Serang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebutuhan penerangan yang minim tersebut, ujar Jhems, didukung oleh PLTS dengan kapasitas 15-50 kWh. Menurutnya, kebutuhan terhadap PLTS sangat mendesak dan lebih efisien dibandingkan jika membangun pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). "Untuk membangun PLTD anggaran tidak memungkinkan, belum lagi transprtasi solarnya agak repot untuk daerah terpencil," ujarnya.
Sayangnya, dari pengalamannya menjadi instruktur PLTS di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) di Indonesia timur, Jhems mengatakan banyak daerah yang menerima PLTS tidak didukung dengan perawatan yang memadai. "Ada barangnya tapi mereka awam dalam pemakaian sehingga barang tiba-tiba rusak, dan juga tidak ada operator yang mengelola dengan baik," ujarnya.
Padahal, menurutnya, sosialisasi dan pemahaman penggunaan PLTS yang benar adalah kunci keberlangsungan pembangkit yang sangat diperlukan masyarakat tersebut. Jhems mendapati, karena masyarakat awam, penggunaan PLTS tidak terkontrol. "Dengan kapasitas hanya 25 kWh, penggunaan tidak beraturan, jadi cepat rusak," ujarnya.
Pentingnya sosialisasi dan pemahaman terhadap PLTS menjadi fokus pelatihan yang diikuti Jhems dan teman-temannya saat ini di BLK Serang dan Pulau Tunda. Pelatihan itu digelar Kementerian Ketenagakerjaan bersama proyek Renewable Energy Skills Development (RESD) yang didukung oleh Pemerintah Swiss untuk para instruktur seperti Jhems.
Pelatihan selama dua minggu, 23 Oktober-5 November 2021, dilakukan di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Serang, yang diikuti oleh 18 instruktur dari BLK Banda Aceh, BLK Lombok Timur, BLK Ternate, BLK Ambon, BLK Sorong, dan PPSDM-KEBTKE, Kementerian ESDM. Pelatihan kali ini juga didukung oleh SMA dan TML Energy, dua perusahaan yang bergerak di bidang energi surya.
“Pelatihan instruktur di bawah kerangka kerja sama proyek RESD ini merupakan langkah nyata bagi Kementerian Ketenagakerjaan dalam menyiapkan ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dan produktif guna mendukung target transisi energi Indonesia menuju pembangunan rendah karbon,” ujar Hery Budoyo, Sekretaris Ditjen Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas, Kementerian Ketenagakerjaan.
Pelatihan mencakup teori, praktik di laboratorium/workshop BBPLK Serang, dan kunjungan lapangan untuk melakukan inspeksi langsung di PLTS off-grid yang berada di Pulau Tunda.
Martin Stottele, pimpinan proyek RESD, mengatakan pelatihan selama dua minggu ini menghadirkan tenaga ahli industri secara langsung sehingga diharapkan ke depannya para instruktur BLK yang dilatih dapat mengembangkan kurikulum dan bahan ajar dengan kandungan yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan industri.
Andre Susanto, instruktur RESD, mengatakan para instruktur dari BLK yang dilatih ini akan mengajar para operator PLTS di daerah terpencil. "Ini sesi pertama, nanti ada sesi kedua bulan Maret, untuk yang lebih maju lagi," ujarnya.
Jhems mengatakan ilmu yang diperoleh dalam pelatihan instruktor ini tentunya akan dibagikan kepada masyarakat terpencil yang mendapat PLTS. "Selain mereka memperoleh ilmu cara mengoperasikannya, juga mereka harus mensosialisasikan kepada masyarakat tentang penggunaan PLTS dengan baik," ujarnya.
Baca:
PLTS Mangkrak di Pulau Tunda, Salah Siapa?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.