Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Disebut Jadi Penyebab Terhambatnya Pembangunan IKN, Apa itu Madden-Julian Oscillation (MJO)?

Cuaca hujan akibat Madden-Julian Oscillation (MJO) akhir-akhir ini disebut menjadi kendala terbesar pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Nusantara (IKN).

18 Juli 2024 | 11.30 WIB

Potret pembangunan infrastruktur inti di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Riri Rahayu
Perbesar
Potret pembangunan infrastruktur inti di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Riri Rahayu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca hujan akibat Madden-Julian Oscillation (MJO) akhir-akhir ini disebut menjadi kendala terbesar pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Nusantara (IKN). Sebanyak 106 paket infrastruktur terkontrak yang dikerjakan kurun 2022-2024 terhambat. Hal ini lantaran hanya ada 8 hari cuaca cerah tanpa hujan dalam kurun 30 hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Perpaduan dari musim penghujan, ditambah suplai uap air MJO, ditambah suplai dari suhu muka laut di Selat Makassar,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kukuh Ribudiyanto, pada Rabu, 17 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa itu Madden-Julian Oscillation atau MJO?

Dilansir Maritim.bmkg.go.id, Madden-Julian Oscillation atau disingkat MJO merupakan aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis. Fenomena ini dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik. Biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.

Istilah MJO diambil dari nama ilmuwan Rol Madden dan Paul Julian. Seperti dilansir dari Psl.noaa.gov, menurut teori keduanya, MJO terjadi akibat dari variabilitas atmosfer submusim yang mempengaruhi lokasi dan kekuatan curah hujan tropis. Fenomena bermula di atas Samudera Hindia khatulistiwa dan bergerak perlahan ke arah timur dengan kecepatan 3-5 meter per detik menuju barat dan tengah Samudera Pasifik.

Kondisi ini diikuti oleh tahap penekanan secara konvektif dan bersama-sama menimbulkan anomali curah hujan, yang menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem. Siklus gelombang atmosfer yang membawa massa udara basah ini berulang kira-kira setiap 5 hari. Terkadang puing-puing dari peristiwa sebelumnya memicu MJO baru di Samudera Hindia.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), variabilitas atmosfer submusim penyebab MJO terjadi akibat adanya dua fase: basah (konvektif) dan kering. Kedua fase menghasilkan perubahan yang bertolak belakang terhadap kondisi cuaca di daerah yang terdampak. Contoh, wilayah tersebut sering terjadi hujan di saat wilayah lain mengalami curah hujan minim.

EGI ADYATAMA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus