Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur medis Hackensack Meridian Behavioral Health, Eric Alcera mengatakan efek cyberbullying atau perundungan siber bisa lebih buruk daripada bullying atau perundungan secara langsung. "Pelakunya dapat melukai korban kapan saja dan di mana saja," dikutip dari Tapinto Middletown pada 22 Maret 2022.
Jejak digital korban yang disebarkan pelaku juga sulit dihapuskan. Dengan begitu, dampak yang dirasakan korban bisa berlangsung sangat lama dan sulit dipulihkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Korban umumnya akan mengalami perubahan perilaku. Perubahan mungkin tidak mudah terlihat pada masa awal, tetapi seiring berjalannya waktu mungkin akan terlihat dari satu atau lebih dari perubahan perilaku. Di antaranya, korban sering mengurung dirinya di kamar, menarik diri dari lingkungan sosial, emosional, nilai akademis turun, dan perubahan lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Alcera menjelaskan prinsip-prinsip cyberbullying mirip dengan perundungan di dunia nyata. Pelaku berulang kali mengambil, melecehkan, mengintimidasi, mengancam atau mempermalukan dengan maksud menyakiti korban. Alih-alih secara langsung, tindakan itu dilakukan melalui pesan teks, status media sosial, dan banyak lagi.
Terkadang, perundungan siber bersifat anonim, sehingga korban bisa jadi tidak tahu pelaku sebenarnya. “Anonimitas intimidasi daring ini menimbulkan kerugian emosional pada siapa pun, di mana saja, kapan saja serta bisa sulit untuk dicegah,” kata Alcera.
Sebuah penelitian dari Universitas Swansea pada 2018 menunjukkan anak-anak dan remaja di bawah 25 tahun yang menjadi korban cyberbullying berpotensi lebih dari dua kali akan melukai diri sendiri. Penelitian juga menunjukkan bahwa korban berisiko sangat tinggi untuk percobaan bunuh diri.
Cyberbullying kini menjadi masalah yang sangat serius yang mempengaruhi kondisi psikis korban. Salah satu peneliti yang terlibat dalam studi itu, Ann John menegaskan pencegahan perilaku cyberbullying harus dimasukkan ke dalam kebijakan di institusi pendidikan. "Pencegahan dan intervensi bunuh diri sangat penting dalam program antiintimidasi yang komprehensif dan harus menggabungkan pendekatan seluruh sekolah untuk memasukkan peningkatan kesadaran dan pelatihan untuk staf dan siswa,” ujar John, seperti dilansir Science Daily.
HARIS SETYAWAN