Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Fenomena matahari tertutup bulan, atau gerhana matahari, cukup sering tampak di Indonesia. Tak hanya menjadi tontonan semata, fenomena ini juga berpengaruh pada binatang.
Pada Gerhana Matahari Total (GMT) yang melintasi Cepu, Jawa, pada Maret 1983 silam, ada perubahan perilaku pada ikan. “Ikan-ikan cenderung menjadi malas dan kurang aktif,” kata Darmadi Goenarso, seorang dosen ITB dalam wawancaranya dengan Tempo pada Mei 1988.
Untuk membuktikan hal ini, Darmadi mengamati ikan mas dan mujair. Ia mencata grafik pergerakan kedua ikan tersebut sebelum, saat GMT berlangsung, dan sesudahnya. Tak hanya itu, mereka juga mengambil sampel darah dan komponen biologi lainnya.
Hasilnya, kadar oksigen yang dikonsumsi ikan tersebut pada saat GMT, menurun drastis bila dibanding periode lainnya. Hal ini terjadi lantaran selama kegelapan berlangsung, ikan tersebut sedikit bergerak, sehingga tak membutuhkan banyak oksigen.
“Permintaan oksigen kan sebanding dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan,” kata dia. Namun, penelitiannya ini tak mendalami penyebab ikan malas bergerak saat GMT. Sejauh ini, teorinya adalah karena ikan kaget dan ketakutan dengan gelap yang tak wajar.
Rencana serupa pun akan dilakukan pada GMT yang akan berlangsung 7-8 Maret 2016 ini. Menurut Aivah Yamani dari Komunitas Langit Selatan, banyak hewan yang akan melakukan aktivitas lain.
“Seperti hewan nokturnal yang keluar lagi meski hari belum malam,” kata dia saat berkunjung ke kantor Tempo beberapa pekan lalu.
Namun, menurut Rhorom Priyatikanto dari LAPAN, perbedaan akan tampak pada hewan yang memiliki siklus perbedaan siang dan malam yang jelas. Pengamatan ini akan dilakukan oleh tim peneliti biologi dari Institut Teknologi Bandung. Pengamatan akan difokuskan pada hewan-hewan lokal atau khas dari daerah pengamatan.
URSULA FLORENE
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini