Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Hasil Riset Kategorikan 4 Jenis Mutilasi, Bisa Spontan Atau Direncanakan

Dosen Unpad mengatakan tindakan mutilasi atau memotong-motong bagian tubuh korban bisa dilakukan secara spontan atau direncanakan.

11 Januari 2023 | 16.39 WIB

M. Ecky Listiantho, tersangka pembunuhan dan mutilasi mayat di Bekasi saat mengenakan baju tahanan Polda Metro Jaya. Sumber: Istimewa
Perbesar
M. Ecky Listiantho, tersangka pembunuhan dan mutilasi mayat di Bekasi saat mengenakan baju tahanan Polda Metro Jaya. Sumber: Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus mutilasi belakangan ini marak terjadi di sejumlah daerah. Menurut dosen di Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Aulia Iskandarsyah, tindakan mutilasi atau memotong-motong bagian tubuh korban bisa dilakukan secara spontan atau direncanakan. Berdasarkan hasil riset, ada empat kategori mutilasi dalam kasus kriminal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Yang pertama jenis defensive mutilation, bertujuan untuk menghilangkan tubuh korban sekaligus mempersulit identifikasi. Sementara aggressive mutilation, pelaku melakukan mutilasi dalam keadaan marah. “Bagian yang dimutilasi diarahkan ke wajah dan daerah kemaluan,” kata Aulia, Rabu 11 Januari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun offensive mutilation yang umum ditemukan dalam kasus pembunuhan karena nafsu dan pembunuhan nekrosadis, melibatkan seorang nekrofil yang memiliki dorongan untuk membunuh dan melakukan aktivitas seksual dengan mayat. Pelakunya juga bisa seorang sadis seksual yang memiliki kebutuhan untuk melakukan aktivitas seksual sambil menimbulkan rasa sakit, penghinaan, atau kematian pada korban.

Kemudian ada necromanic mutilation yang dilakukan pada mayat. “Dalam kasus mutilasi ini dari aspek psikologis yang perlu diperhatikan adalah motif pelaku melakukan pembunuhan dan memutilasi tubuh korban,” ujar Aulia.

Dari motif dan tindakan pelaku, kategori mutilasi menurutnya bisa mengidentifikasi apakah pelaku merupakan kriminal yang melakukan pembunuhan dan bertujuan menghilangkan bukti-bukti. “Atau mutilasi didasari oleh adanya gangguan kejiwaan berat yang mendorong ia melakukan hal-hal di luar kewajaran,” kata dia.

Sebelum temuan kasus mutilasi belakangan ini yang terjadi di Bekasi, pada tahun lalu ada seorang ayah di Riau memutilasi putri kandungnya. Kemudian di Ungaran, Jawa Tengah, seorang pria memutilasi pacarnya, lalu di Mimika Papua, empat orang warga sekaligus dibunuh dan dimutilasi oleh sekelompok anggota tentara dan warga sipil.

Motif yang mendorong seseorang melakukan mutilasi, kata Aulia, bisa dikarenakan untuk menyingkirkan atau menghilangkan tubuh korban. Bisa juga oleh kemarahan yang besar sehingga pelaku ingin menghancurkan korban. “Faktor lain karena adanya gangguan psikologis seperti necromantic yang melakukan mutilasi pada mayat untuk tujuan seksual atau simbol atau tropi yang memberikan kepuasan bagi pelaku,” ujarnya.

Pada sejumlah kasus dan temuan penelitian sebelumnya, mutilasi bisa dilakukan spontan oleh pelaku kepada pacar, istri, anak, atau keluarga. Latarnya diawali seperti oleh kesalah pahaman, pertengkaran rumah tangga, atau konflik sepele. Namun pada kasus pembunuhan mutilasi yang bertujuan untuk mengambil alih harta benda korban, kata Aulia, sebagian besar merupakan pembunuhan yang terencana dan berniat untuk menghilangkan jejak.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Anwar Siswadi (Kontributor)

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus