Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan Darat Amerika Serikat pada April 2019 memberikan kontrak kepada lima perusahaan untuk mengembangkan prototipe helikopter pengintai terbaru. Perusahaan itu adalah AVX, Bell, Boeing, Karem dan Lockheed, yang masing-masing akan mengembangkan pesawat masa depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proyek tersebut termasuk dalam program Future Attack and Reconnaissance Aircraft (FARA) Angkatan Darat AS. Tujuannya untuk memberikan kepada Angkatan Darat sebuah helikopter pengintai baru sebagai pengganti Bell OH-58D Kiowa Warrior, yang dipensiunkan pada 2017, demikian dikutip dari National Interest, baru-baru ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Helikopter baru akan membebaskan ratusan helikopter serang Apache Boeing AH-64 yang dipaksa menjalankan tugas tambahan sebagai pengintai meskipun Apache terlalu besar, lambat dan berat untuk peran itu. Untuk mengganti OH-58D dan AH-64 secara memadai, helikopter baru perlu membawa sensor canggih dan senjata berat jarak jauh.
Karem AR40 (Karem)
Helikopter baru harus mampu terbang selama berjam-jam dengan kecepatan tinggi untuk menghindari sergapan musuh, juga harus tangguh, dapat diandalkan dan terjangkau. Hal ini dapat menguras daya angkat rotorcraft.
Angkatan Darat AS pada 2018 mengumumkan rencana program FARA. AS menginginkan helikopter baru untuk memasuki layanan selambat-lambatnya 2028, dengan standar militer.
AVX yang berbasis di Texas berencana menawarkan versi helikopter Multi-Peran, rotorcraft gemuk dengan tempat bom di ekor. "Desain AVX menawarkan kemampuan yang diinginkan Angkatan Darat untuk armada utilitas dan pesawat serang masa depan dengan harga yang sangat menarik," kata AVX.
Pesawat AVX JMR memiliki pintu masuk di kedua sisi badan pesawat serta pintu kargo di belakang. Helikopter memiliki roda pendaratan yang dapat ditarik. Helikopter menyimpan semua persenjataan di dalam sehingga desainnya aerodinamis.
Bell 525 (bellfight.com)
Bell, yang juga berkantor pusat di Texas, dilaporkan akan menawarkan rotorcraft konvensional berdasarkan utilitas Bell 525. Helikopter Bell dapat memenuhi persyaratan kecepatan 235 mil per jam untuk pengintai tanpa menggunakan teknologi kompleks yang membutuhkan biaya mahal untuk pembuatan dan pemeliharaan.
"Itu berpotensi sangat menarik bagi Angkatan Darat, yang telah memasukkan biaya maksimum untuk pembelian awal tidak lebih dari US$ 30 juta per pesawat. Dan per jam terbang sebagai persyaratan di samping kinerja aerodinamis,” kata Bell.
Sedangkan Boeing berbasis di Chicago memiliki sikap cerdik. "Perusahaan menolak mengungkapkan rincian proposal, dengan alasan pertimbangan kompetitif," demikian dilansir Flight Global. "Boeing telah memproduksi helikopter serang AH-64 Apache dan AH-6 Little Bird yang merupakan dua helikopter yang bisa sebagian, jika tidak seluruhnya, digantikan oleh FARA."
Namun, Karem di California telah mengajukan beberapa rincian. Perusahaan desain itu mengedepankan serangkaian konsep tiltrotor dengan ukuran berbeda untuk program Future Vertical Lift.
Sikorsky S-97 Raider (Lockheed)
Sebaliknya, Lockheed melalui anak perusahaannya Sikorsky menawarkan keunggulan S-97 Raider berteknologi tinggi, helikopter pendorong cepat dengan rotor ekor yang menghadap ke belakang dan rotor utama yang berputar berlawanan dengan rotor di bawahnya.
"Program uji penerbangan Sikorsky S-97 Raider melebihi harapan, menunjukkan kecepatan revolusioner, kemampuan manuver, dan kelincahan Raider," ujar Tim Malia, direktur Sikorsky akhir 2018 lalu. "X2 Technology mewakili teknologi yang dibutuhkan pertarungan masa depan. Dan memungkinkan helikopter terlibat dalam konflik intensitas tinggi kapan saja, di mana saja sebagai anggota tim multi-domain yang kompleks. "
NATIONAL INTEREST | FLIGHT GLOBAL | FORBES