Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebujur bangkai hewan, apalagi yang telah membusuk, akan sangat berbahaya jika dikonsumsi. Hal ini lantaran dalam bangkai tersebut terdapat sejumlah bakteri pengurai yang mematikan. Hewan pemakan bangkai bisa mengakali hal tersebut, sehingga risiko keracunan akibat memakan bangkai hewan lain dapat dihindari. Lalu bagaimana hewan pemakan bangkai tidak pernah keracunan saat memakan bangkai?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ada banyak hewan pemakan bangkai di belahan bumi ini, seperti burung nasar atau hering, singa dan hyena, reptil seperti buaya dan biawak, serta sejumlah karnivora lainnya. Beberapa hewan telah beradaptasi dengan bakteri pengurai dan menjadikan pencernaan mereka memiliki semacam antibakteri untuk bertahan, ada juga yang sengaja “menyuapkan” bangkai berbakteri kepada anak-anak mereka agar kebal di kemudian hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Burung nasar terkenal reputasinya sebagai satwa pemakan bangkai hewan lain, tak jarang bangkai hewan yang telah membusuk pun mereka lahap. Bakteri berbahaya yang mungkin jadi mimpi buruk bagi makhluk hidup lain, yang dapat menyebabkan keracunan makanan yang parah, takluk di lambung burung nasar. Fakta menarik lainnya, saat burung nasar menemukan bangkai, mereka akan mengupas bangkai yang membusuk hingga ke tulang. Jika kulit hewan yang mati terlalu keras untuk ditusuk dengan paruhnya, mereka akan merobek pada bagian lunak seperti anus.
Akibatnya, burung nasar tak hanya makan daging yang telah membusuk, tetapi juga mengandung kontaminan kotoran yang akan membunuh sebagian besar hewan lain. Burung nasar kebal terhadap mikroba mematikan yang terkandung dalam bangkai yang mereka makan, termasuk bakteri Clostridia, Fuso dan Anthrax.
Dilansir dari indianapublicmedia.org, sekelompok peneliti internasional melakukan penelitian terhadap 50 burung nasar di Amerika Serikat. Mereka membuat profil DNA bakteri yang hidup di wajah dan usus burung nasar tersebut. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk merekonstruksi perbedaan dan persamaan antara bakteri yang ditemukan pada burung nasar di seluruh belahan bumi barat. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak bisa terjadi pada bakteri saat dicerna dan saat bergerak melalui sistem pencernaan burung nasar.
Rata-rata kulit wajah burung nasar mengandung DNA sekitar 528 jenis mikroorganisme yang berbeda, sedangkan ususnya hanya mengandung sekitar 76 jenis. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar mikroba, entah bagaimana terbunuh saat masuk ke dalam pencernaan burung nasar, kendati sebagian besar bakteri masih bertahan, tampaknya tidak membahayakan burung nasar.
Anggota tim penelitian tersebut, Michael Roggenbuck, mengungkapkan, burung nasar memiliki adaptasi yang kuat terhadap bakteri beracun yang mereka cerna. Burung pemakan bangkai ini telah mengembangkan sistem pencernaan yang sangat tangguh, yang hanya bertindak untuk menghancurkan sebagian besar bakteri berbahaya yang mereka telan.
“Di sisi lain, burung nasar juga tampaknya telah mengembangkan toleransi terhadap beberapa racun bakteri – spesies yang akan membunuh hewan lain secara aktif tampaknya berkembang di usus bawah burung nasar,” kata Roggenbuck dikutip Tempo dari laman Indiana Public Media.
Selain burung nasar, hewan pemakan bangkai yang juga tidak pernah keracunan meski memakan bangkai busuk adalah singa dan hyena. Kedua binatang buas ini ternyata punya cara unik untuk membuat diri mereka kebal terhadap bakteri mematikan yang terkandung dalam bangkai. Mereka “memvaksinasi” diri dengan memberikan bakteri berbahaya yang terdapat dalam bangkai ke anak-anak mereka. Dengan demikian saat mereka dewasa, anak-anak singa dan hyena telah terbiasa dengan bakteri yang terkandung dalam bangkai dan membuat mereka kebal.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Alasan Burung Nasar Tahan Makan Bangkai