Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Ini Gen yang Membuat Hewan Takut pada Manusia  

Faktor genetika ternyata mempengaruhi tingkat ketakutan hewan liar terhadap manusia.

11 Desember 2015 | 13.27 WIB

Polisi masih mencari pelaku pembakaran sarang angsa, dan berusaha menangkapnya. Selain melukai angsa, api dapat menyebabkan terbakarnya gedung-gedung di sekitar sarang angsa. Hukum federal mendaftarkan angsa Kanada sebagai salah satu hewan dilindungi. Ohi
Perbesar
Polisi masih mencari pelaku pembakaran sarang angsa, dan berusaha menangkapnya. Selain melukai angsa, api dapat menyebabkan terbakarnya gedung-gedung di sekitar sarang angsa. Hukum federal mendaftarkan angsa Kanada sebagai salah satu hewan dilindungi. Ohi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Australia - Faktor genetika ternyata mempengaruhi tingkat ketakutan hewan liar terhadap manusia. Peneliti menemukan adanya kandungan gen berbeda dari hewan liar yang cenderung menghindar dan yang tak terlalu memusingkan keberadaan manusia di sekitarnya.Z

"Sejak awal, orang-orang mengira hewan liar tak lagi menghindari manusia karena faktor kebiasaan. Ternyata, faktor genetika bermain juga di sini," kata ketua tim peneliti, Wouter van Dongen, seperti dilansir dari Phys, Kamis, 10 Desember 2015. Tim peneliti merupakan gabungan dari sejumlah universitas di Australia, seperti Victoria University, Deakin University, dan The University of Melbourne.

Mereka melakukan penelitian di dua populasi angsa hitam (Cygnus atratus) berbeda. Kelompok pertama yang beranggotakan 80 ekor, tinggal di suatu taman, dan sering berinteraksi dengan manusia. Sedangkan kelompok kedua, sebanyak 20 ekor, ada di habitat alam yang berjarak 30 kilometer dari permukiman penduduk.

Jarak terbang angsa saat menghindari manusia (FID) menjadi indikator pengukuran rasa takut mereka. Memang, angsa di taman memiliki jarak terbang lebih pendek ketimbang yang di habitat alam.

"Rata-rata, FID angsa di taman 13 meter. Jauh lebih pendek ketimbang angsa di habitat alam yang sampai 96 meter," ujar Van Dongen. Tak berhenti sampai di situ, para peneliti juga mengambil sampel darah dari setiap populasi.

Dua gen yang akan dilihat adalah DRD4 dan SERT, yang memang mempengaruhi ketidaknyamanan serta penghindaran konflik untuk binatang. Hasilnya, ada lima set DRD4 berbeda yang tampak pada tingkat keengganan.

Sebanyak 88 persen angsa taman memiliki genotipe DRD4 yang serupa, sementara hanya 60 persen angsa alam yang seperti itu. Delapan puluh tiga persen dari genotipe DRD4 yang ada memiliki FID yang lebih pendek.

Dari penelitian ini, Van Dongen menilai perlu ada perubahan pola pelepasan kembali binatang terkait dengan faktor genetika. "Ini memiliki dampak penting, terutama untuk pelepasan kembali hewan yang selama ini diperangkap. Jadi, saat pelepasan kembali, area dapat ditentukan sesuai dengan tingkat keengganan mereka," tuturnya.

PHYS | URSULA FLORENE


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ursul florene

ursul florene

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus