Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Angkatan 2021, Almira Lavina Sambowo, berhasil meraih juara pertama di World Bank Group Youth Summit 2021. Almira merupakan satu dari dua mahasiswa asal Indonesia dalam tim yang berhasil melaju sampai ke babak final dan meraih gelar juara dalam forum yang dihelat 9-10 Juni lalu itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Rangkaian acara World Bank Group Youth Summit 2021 diselenggarakan oleh Delloite dan International Finance Corporation (IFC). Sebanyak 5.000 orang mendaftar dari 50 negara di seluruh dunia dan hanya 250 peserta yang akhirnya terpilih untuk dapat mengikuti kegiatan ini dan berkompetisi pada case challange.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dari 250 peserta terpilih kemudian dibagi menjadi delegasi atau tim berdasarkan asal negara dan regional daerah. Indonesia menjadi bagian dari delegasi wilayah Asia Timur dan Pasifik. Delegasi lainnya adalah Eropa dan Asia Tengah; Amerika Latin dan Kepulauan Karibia; Timur Tengah dan Amerika Utara; dan Sub-Sahara Afrika.
Setiap tim terdiri dari 6-8 orang yang berasal dari negara berbeda dan latar belakang pekerjaan serta pendidikan yang berbeda. Almira bergabung dengan tim delegasi untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik, bersama tiga peserta dari Indonesia, satu orang dari Cina, Fiji, Korea Selatan, Filipina, dan Jepang. Dari delapan orang anggota tim, yang berstatus mahasiswa hanya Almira (Indonesia-UI), Pandhu Dirga Pratama (Indonesia-ITS), dan Angela Zhong (Korea Selatan-Harvard), sedangkan lima anggota tim lainnya berasal dari kalangan profesional.
Topik studi kasus yang dapat dipilih adalah Covid Vaccination Campaign, Digital Inclusion in Lower-Middle Country with Limited Infrastructure, dan Assessment of Environmental and Social Report of One of the Leading Coffee Company in the World. Panelis juri World Bank Group Youth Summit 2021 terdiri dari Managing Director dari World Bank dan IFC.
Almira mengungkapkan kalau kepada tim, diberikan waktu satu hari dengan empat breakout session untuk berdiskusi. Di akhir acara, setiap tim diberi waktu 10 menit untuk presentasi dan tanya-jawab. "Awalnya, sedikit canggung karena kami baru bertemu secara virtual dengan rekan satu tim, tetapi seiring waktu kami dapat saling melengkapi dalam menghasilkan solusi atas kasus yang dihadapi,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin 13 Juli 2021.
Dia melanjutkan, contoh kasus yang dipilih oleh timnya adalah sustainability sebuah perusahaan kopi terkemuka di dunia. Mereka mendiskusikan efek dari bisnis perusahaan itu ke masyarakat dan lingkungan. "Potensi risiko dari perubahan iklim untuk keberlangsungan bisnis ini ke depannya, dan cara perusahaan ini merespons perubahan iklim yang terjadi mengingat bisnis ini cukup tergantung pada agrikultur,” kata Almira.
Almira dan tim merumuskan lima strategi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi perusahaan kopi ternama tersebut. Strategi pertama adalah menerapkan IFC Framework Training, yaitu pelatihan yang dirancang untuk mengelola risiko lingkungan dan sosial perusahaan, sehingga berdampak positif pada laba, reputasi, dan dampak pembangunan.
Kedua, melakukan sertifikasi Leadership in Energy and Environmental Design (LEED), sertifikasi green building yang diakui secara Internasional, untuk bangunan kantor dan pabrik kopi. Ketiga, meningkatkan sistem pengelolaan air lahan dengan membuat skema efektif untuk air yang digunakan pada proses produksi kopi.
Keempat, meningkatkan transparansi melalui aplikasi dimana pelanggan dapat memperoleh informasi terkait biji kopi yang mereka minum. Strategi terakhir, kelima, adalah mengolah limbah secara bertanggung jawab dan lestari terhadap limbah yang berasal dari perkebunan kopi.
Dekan FTUI, Hendri D.S. Budiono , memuji capaian Almira. Dia memberi penekanan kepada prestasi di masa pandemi. "Para mahasiswa justru semakin terpacu dan termotivasi untuk berprestasi dan membuktikan bahwa meskipun masih berstatus mahasiswa, mereka tetap dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai bagian dari solusi yang dihadapi oleh masyarakat maupun industri di belahan dunia manapun," ujar Hendri.