Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Mahasiswa ITS Gagas Elektrolit Padat Baterai dari Bambu Tali

Tim Neutrino ITS menggagas elektrolit padat baterai mobil listrik hasil ekstraksi bambu tali. Membawa juara III dalam ajang Youth Idea Competition.

6 April 2022 | 10.23 WIB

(dari kiri) Tim Neutrino ITS yang terdiri dari M Fatahillah Aqsa Laksana Bahtera Nuh, Andyan Rafi Setopratama, dan Phahul Zhemas Zul Nehan. Its.ac.id
Perbesar
(dari kiri) Tim Neutrino ITS yang terdiri dari M Fatahillah Aqsa Laksana Bahtera Nuh, Andyan Rafi Setopratama, dan Phahul Zhemas Zul Nehan. Its.ac.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tim Neutrino dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas elektrolit padat baterai mobil listrik hasil ekstraksi bambu tali. Gagasan itu muncul karena melihat kebutuhan baterai mobil listrik bisa mencapai 198 GWh pada tahun 2050 mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Namun baterai mobil listrik yang dikomersialkan masih menggunakan elektrolit cair yang bersifat korosif, mudah menguap, dan meledak karena adanya short circuit. “Dengan mengganti ke elektrolit padat, risiko tersebut bisa diminimalkan karena kestabilan thermalnya lebih tinggi,” jelas Andyan Rafi Setopratama, Ketua Tim Neutrino seperti dikutip di laman resmi ITS pada Rabu, 6 April 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak hanya itu, kata Rafi, baterai mobil listrik komersial apabila dibuang ke lingkungan akan menjadi limbah B3 (bahan berbahaya beracun). Hal itu dikarenakan masih menggunakan bahan sintetis seperti polietilena dan polipropilen. Bahan-bahan sintetis ini pun mahal harganya, sehingga harga dari baterai mobil listrik komersial juga tinggi. “Bahkan harga baterai mobil listrik Tesla setara dengan harga mobil Avanza,” ungkap mahasiswa Departemen Fisika ini.

Tim yang juga beranggotakan dua mahasiswa lainnya dari Departemen Fisika angkatan 2019 yaitu Phahul Zhemas Zul Nehan dan M Fatahillah Aqsa Laksana Bahtera Nuh ini terinspirasi dari penelitian serupa yang dilakukan oleh Ndruru pada tahun 2019 yang menggunakan kulit kakao. Berbeda dengan Ndruru, elektrolit padat gagasan Tim Neutrino ini menggunakan bambu tali yang banyak dijumpai di Indonesia.


Pembuatan elektrolit padat ini dilakukan dalam lima tahap. Tahap pertama adalah menentukan kadar selulosa dan lignin yang terdapat dalam bambu tali. Dengan menggunakan metode Chesson-Data, ditemukan bahwa bambu tali mengandung 72 persen selulosa dan 5 persen lignin.

Kadar selulosa ini merupakan kadar tertinggi jika dibandingkan dengan penelitian serupa yang menggunakan bahan alam lainnya seperti kulit kakao, serat ampas tebu, dan tongkol jagung manis.

Kemudian dilanjutkan tahap ekstraksi kandungan selulosa dengan menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) yang menghasilkan bubuk selulosa. Selanjutnya adalah sintesis karboksimetil selulosa atau Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dengan penambahan asam monokloroasetat (MCA) dan isopropanol.

Tahap keempat adalah sintesis cairan ion yang akhirnya dicampur dengan bubuk CMC hingga menjadi biopolimer elektrolit padat. Sayangnya, menurut Rafi, penelitian ini masih sampai pada tahap ketiga karena waktu yang terbatas. Material penting dalam penelitian seperti garam lithium perklorat juga mahal dan sulit ditemukan di Indonesia sehingga harus impor dari luar negeri. “Akhirnya kami kerjakan apa yang sudah ada terlebih dahulu,” ujar mahasiswa kelahiran 2001 ini.

Meskipun begitu, penelitian yang dikerjakan selama kurang lebih empat bulan ini telah berhasil mengantarkan Tim Neutrino meraih juara III dalam ajang Youth Idea Competition 2021 yang diselenggarakan oleh National Battery Research Institute.

Tak hanya itu, artikel penelitian ini juga sedang dalam proses penerbitan di jurnal International Symposium and Physic Application.

Mahasiswa asal Jember ini berharap riset penelitian baterai terus berkembang, sehingga dapat menciptakan dimensi baterai mobil listrik yang kecil dengan kapasitas yang besar dan rendah biaya. “Karena biaya baterai jadi murah, mobil listrik tentunya juga bisa dipasarkan dengan harga terjangkau,” tutupnya optimistis.

Baca juga:

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus