Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Mahasiswa Unair Ciptakan Selaput Penutup Organ Pencernaan

Penutup organ dibutuhkan pasien dengan kasus gastroschisis.

3 Juni 2016 | 23.03 WIB

Ilustrasi operasi. Tuftsmedicalcenter.org
Perbesar
Ilustrasi operasi. Tuftsmedicalcenter.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Surabaya – Lima mahasiswa prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya, berhasil membuat selaput penutup organ pencernaan. Penutup organ dibutuhkan pasien dengan kasus gastroschisis, yaitu kelainan bawaan lahir pada dinding perut yang terbuka.

“Kami membuat selaput penutup organ pencernaan yang terbuat dari bahan Poly-Lactid-co-Glicolic-Acid (PLGA) dilapisi Kitosan yang bersifat biokompatibel (dapat diterima oleh tubuh) dan tidak mengandung senyawa toksik,” ujar ketua tim, Karina Dwi Saraswati, melalui siaran pers, Jumat, 3 Juni 2016.

Karina menuturkan kelainan yang umumnya menimpa pada bayi yang baru lahir itu di Indonesia masih merupakan kasus dengan risiko cukup tinggi. Salah satu solusinya adalah menutupnya dengan selaput penutup organ pencernaan yang bersifat sementara. Itu dilakukan sampai si pasien menjalani operasi penutupan abdomen pada bayi tersebut. “Tindakan ini dikenal dengan menggunakan teknik SILO (silastic springs-loaded silo),” kata dia.

Namun biasanya, SILO terbuat dari bahan dasar silikon yang bersifat toksik. Sehingga kelima mahasiswa itu berpikir membuat selaput penutup organ pencernaan yang terbuat dari bahan yang bersifat biokompatibel (dapat diterima oleh tubuh) dan tidak mengandung senyawa toksik. “Kami memilih material PLGA karena sifatnya elastis, biokompatibel, serta tahan degradasi dalam waktu yang cukup lama,” ujar Karina.

Selain itu penambahan coating atau pelapisan kitosan ini agar meningkatkan biokompatibilitas, meningkatkan proliferasi dan cell attachment. Harapannya, selaput penutup organ pencernaan dapat menutup organ pencernaan sementara sampai pada saatnya dimasukkan kembali ke dalam rongga abdomen.

Hasil pengujian gugus fungsi menunjukkan bahwa meningkatnya pita serapan pada bilangan gelombang 1747,50 cm yang merupakan gugus amida I. Angka itu menunjukkan keberadaan kitosan yang terbentuk bersama PLGA. Hasil kekuatan tarik untuk setiap variasi adalah 4,78 MPa (PLGA) dan 12,96 MPa (PLGA-kitosan).

Hasil Uji Sitotoksisitas PLGA-Kitosan menunjukkan persentase batas minimal sel hidup yaitu lebih dari 60 persen. Ini menandakan bahwa membran Spring-loaded silo ini tidak bersifat toksik. Selain itu, dari hasil uji morfologi tidak terlihat pori pada permukaan silo yang dikarenakan pori membran sangatlah kecil.

Ukuran pori ini sesuai untuk diaplikasikan sebagai selaput penutup sementara organ pencernaan yang memiliki ukuran pori 0,1–10 mikro. “Kami mengakui ini masih dalam tahap pengujian pada hewan coba,” ujar dia. Sambil menambahkan, tetap berdasarkan hasil uji secara in-vitro, membran Poly-Lactid-co-Glicolic-Acid (PLGA) yang dilapisi kitosan memiliki potensi sebagai kandidat selaput penutup organ pencernaan yang baik.

Karina meneliti bersama empat kawan lainnya, yaitu Fadila Nashiri Khoirun Nisak, Inas Fatimah, Fulky A’yunni, dan Claudia Yolanda Savira. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE), mereka mengemas hasil penelitian ini dalam judul “Studi In Vivo Poly-Lactid-Co-Glicolic-Acid (PLGA) dengan Coating Kitosan Sebagai Selaput Penutup Organ Pencernaan Untuk Aplikasi Kelainan Dinding Perut Yang Terbuka.”

ARTIKA RACHMI FARMITA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kukuh S. Wibowo

Kukuh S. Wibowo

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus