Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Malam nanti, hampir seluruh warga dunia dapat melihat blue moon. Meski disebut begitu, fenomena yang terjadi tiap 2,7 tahun sekali ini tak ada hubungannya dengan warna bulan.
Blue moon sebetulnya istilah yang mengacu pada bulan purnama yang terjadi selama 13 kali dalam setahun. Salah satunya adalah bulan purnama ekstra penuh dan terang yang disebut "blue moon".
"Ini terbilang kejadian langka. Sebab, normalnya, dalam setahun bulan mengalami fase penuh hanya 12 kali," tulis Geoff Gaherty dari Starry Night Education dalam laman situs Space.com.
Bulan purnama rata-rata terjadi tiap 29,53 hari sekali. Pada Februari, jangka waktu tersebut lebih pendek. Blue moon, menurut Gaherty, adalah bulan purnama yang lebih terang.
Ungkapan "blue moon" dipakai untuk menggambarkan peristiwa langka. Ungkapan ini juga digunakan para petani di Maine, Amerika Serikat, untuk menandai bulan purnama ketiga dalam empat musim.
Kesalahan tafsir bermula pada 1946, saat majalah Sky & Telescope menerbitkan artikel yang mendefinisikan blue moon sebagai bulan purnama kedua dalam satu bulan. Makna inilah yang akhirnya tersebar luas di khalayak awam.
"Jadi, jangan kecewa apabila malam ini Anda sekalian akan melihat blue moon yang sangat putih," kata Gaherty. Setidaknya, dia menambahkan, bulan purnama akan muncul sepanjang malam sejak pukul 18.43.
AMRI MAHBUB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini