Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Misteri Terpecahkan: Alasan Burung Nasar Tahan Makan Bangkai

Pola konsumsi seperti itu membuat burung nasar selalu terpapar patogen berbahaya yang berpotensi memicu infeksi.

21 Oktober 2015 | 12.25 WIB

Seorang pria berjalan di dekat tumpukan bangkai sapi ternak di pantai utara Brasil, 13 Oktober 2015. REUTERS
Perbesar
Seorang pria berjalan di dekat tumpukan bangkai sapi ternak di pantai utara Brasil, 13 Oktober 2015. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Burung nasar adalah spesies yang dikenal kerap memakan bangkai binatang sisa buruan predator lain. Spesies ini berperan penting dalam ekosistem dengan mengkonsumsi sisa daging yang membusuk sehingga mencegah penyebaran penyakit. Pola konsumsi seperti itu membuat burung nasar selalu terpapar patogen berbahaya yang berpotensi memicu infeksi.

Namun, burung nasar oke-oke saja dengan makanannya. Burung nasar hitam (Aegypius monachus) adalah spesies terbesar dalam keluarga burung pemakan bangkai. Spesies ini burung populer di kawasan Asia Timur. Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Genome Biology menunjukkan burung nasar punya variasi gen unik yang memungkinkan mereka mencerna karkas busuk sekaligus membentenginya dari infeksi mikroba.

BERITA MENARIK
Kontrak Freeport Diputus, Pendapatan Negara Bisa Kolaps?
TERUNGKAP: Ahok Mau Maju Jadi Presiden, Rekaman Ini Buktinya


Variasi gen unik tersebut diketahui setelah para peneliti berhasil memetakan genom burung nasar. Hasilnya, variasi gen itu yang mempengaruhi proses imunitas spesies yang terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu burung nasar Dunia Lama dari Asia, Afrika dan Eropa, serta burung nasar Dunia Baru yang ditemukan di daratan Amerika.

Menurut Jong Bhak, peneliti utama dari Ulsan National Institute of Science and Technology, Korea Selatan, pemetaan genom burung nasar Eurasia itu adalah yang pertama kali dilaporkan dalam sebuah jurnal ilmiah. Burung-burung nasar punya penanda genetik yang bisa melawan infeksi parasit dari daging busuk.

"Memahami perubahan genetik tersebut memberi peluang meningkatkan kesehatan manusia. Gen sistem imunitas yang kami identifikasi bisa dimanfaatkan untuk riset melindungi manusia dari infeksi," kata Jong seperti yang ditulis dalam laman Eurekalert, Selasa, 20 Oktober 2015.

MAHASISWI UI DITEMUKAN
MAHASISWI UI HILANG: Ini Ciri-ciri Safira Permatasari  
Penculik Safira Mahasiswa UI Sempat Minta Tebusan US$ 1 Juta


Variasi gen yang ditemukan itu berhubungan dengan pengaturan sekreasi atau pengeluaran asam lambung yang meningkatkan kemampuan burung nasar mencerna karkas. Variasi gen lainnya membuat sel-sel burung nasar bisa mengeliminasi mikroba berbahaya sehingga mereka selamat dari infeksi.

Penelitian genom juga menunjukkan spesies burung nasar hitam Dunia Lama ternyata berkerabat dengan elang botak dari Amerika Utara. Dua burung tersebut terpisah menjadi spesies yang berbeda sekitar 18 juta tahun silam. Sementara perpisahan burung nasar Dunia Lama dan Dunia Baru terjadi 60 juta tahun lampau.

Hasil ini menunjukkan kedua kelompok burung nasar itu mengembangkan karakter tubuh dan gaya hidup secara mandiri di lokasi berbeda. "Kami terkejut karena burung nasar hitam ternyata lebih dekat garis keluarganya dengan elang botak ketimbang burung nasar lain," kata Oksung Chung, peneliti dari Genome Research Foundation.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA

BACA JUGA 
Rizal Ramli: RJ Lino Sok Berkuasa dan Ngaco
Tarif KRL Naik, YLKI dan KRLMania Menolak, Ini Alasannya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bobby Chandra

Bobby Chandra

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus