Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - NASA akhirnya akan membuka ruang penyimpanan sampel batuan dari Bulan yang dikumpulkan hampir 50 tahun lalu. Sebuah tim telah dipilih untuk mempelajari batuan itu sejak Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laman Fox News, Rabu, 26 Juni 2019, brankas yang terkunci dan terletak di Johnson Space Center di Houston. Pemeriksaan akan menggunakan teknologi abad ke-21.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: NASA Butuh Tambahan Dana Rp 22 T untuk Kirim Manusia ke Bulan
"Ini semacam kebetulan bahwa kami membukanya di waktu ulang tahun," kata kurator sampel Apollo, Ryan Zeigler, kepada Associated Press, sambil mengenakan jas pelindung putih dengan sepatu boot, sarung tangan dan topi.
Dari 1969 hingga 1972, sejumlah 12 astronot membawa sampel batuan dan tanah Bulan dengan berat total 381,925 kilogram. Beberapa batuan dan sampel tanah dikemas secara vakum di Bulan dan tidak pernah terpapar ke atmosfer Bumi.
Beberapa dibekukan atau disimpan dalam gas helium setelah misi Apollo 11 dan tetap tidak tersentuh sejak itu. "Tapi yang pasti peringatan itu meningkatkan kesadaran dan fakta bahwa kita akan kembali ke Bulan," kata Zeigler menambahkan.
Zeigler mencatat bahwa karena perbaikan teknologi selama 50 tahun terakhir, badan antariksa menunggu untuk menganalisis sampel Bulan. Secara total, ada lebih dari 100.000 sampel Bulan, termasuk beberapa 2.200 batuan yang dipecah menjadi potongan-potongan kecil untuk dipelajari.
"Kita dapat melakukan lebih banyak dengan satu miligram dari pada yang dapat kita lakukan dengan satu gram pada waktu itu. Jadi, perencanaan yang baik bagi mereka adalah menunggu," tutur Zeigler.
Ironisnya, misi Apollo 11 menghasilkan sampel Bulan paling sedikit, dengan Aldrin dan Armstrong hanya mengumpulkan 48 sampel. NASA ingin meminimalkan risiko yang dihadapi Aldrin dan Armstrong, mengingat mereka adalah orang pertama yang berjalan di Bulan.
Aktivitas astronot di permukaan Bulan di luar pendarat Eagle, hanya berlangsung selama 2 jam, 31 menit dan 40 detik. Hanya 12 pria, semuanya orang Amerika, yang pernah berjalan di Bulan.
Sembilan tim yang dipilih untuk mempelajari sampel berasal dari Pusat Penelitian NASA Ames/ Lembaga Penelitian Lingkungan Area Bay, Pusat Angkasa Luar Angkasa Goddard NASA, NASA Goddard, Universitas Arizona, Universitas California Berkeley, Laboratorium Penelitian Angkatan Laut AS, Universitas New Meksiko dan Mount Holyoke College/ Planetary Science Institute.
"Dengan mempelajari sampel Bulan yang berharga ini untuk pertama kalinya, generasi baru ilmuwan akan membantu memajukan pemahaman tentang Bulan dan mempersiapkan era eksplorasi selanjutnya," tutur Thomas Zurbuchen, Associate Administrator untuk Misi Sains NASA. "Eksplorasi ini akan membawa sampel baru dan unik ke laboratorium terbaik di Bumi."
Secara total, tim akan menerima US$ 8 juta untuk mempelajari sampel Bulan, dengan masing-masing tim menerima jumlah sampel yang berbeda-beda. "Segala sesuatu mulai dari berat penjepit kertas, sampai pada massa yang begitu sedikit sehingga Anda hampir tidak bisa mengukurnya," kata Zeigler kembali menjelaskan.
Meskipun hanya 15 persen dari batuan yang dikumpulkan di Bulan telah diteliti sebelumnya, para ilmuwan belajar banyak bukan hanya tentang Bulan itu sendiri, tapi tata surya secara keseluruhan.
Ziegler mengatakan para ilmuwan bisa menentukan usia permukaan Mars dan Merkurius, dan menetapkan bahwa Jupiter dan planet-planet luar besar lainnya di tata surya kemungkinan terbentuk lebih dekat dengan Matahari dan kemudian bermigrasi ke luar.
"Jadi sampel yang kembali dari luar angkasa benar-benar kuat untuk mempelajari seluruh tata surya," tutur Zeigler.
Sekitar 70 persen dari hasil pengumpulan sampel masih dalam lemari besi NASA, 15 persen disimpan di White Sands, New Mexico dan sisanya telah diberikan untuk penelitian atau tampilan.
FOXNEWS | NASA