Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kawanan orca (Orcinus orca), jenis dari keluarga lumba-lumba yang dikenal juga sebagai paus pembunuh, telah menyerang dan menenggelamkan kapal layar ketiga di perairan Iberian, Spanyol, per 4 Mei 2023. Para ahli meyakini perilaku anarkistis tengah menyebar di antara populasi orca di perairan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 4 Mei lalu, tiga orca menyerang sebuah yacht di Selat Gibraltar, lepas pantai Spanyol, pada malam hari. Kapal layar diketahui robek pada bagian batang kemudinya di dalam air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada dua orca yang berukuran lebih kecil dan satu yang lebih besar," kata kapten kapal itu, Werner Schaufelberger. "Yang kecil mengguncang dari belakang sementara yang besar berulang kali membantunya dan memepet dengan kuat dari samping."
Schaufelberger mengatakan melihat orca yang lebih kecil meniru perilaku individu yang lebih besar. "Dua yang kecil belajar cara yang dilakukan yang lebih besar dan, dengan cepat mereka juga menghantam ke arah kapal."
Penjaga pantai Spanyol menyelamatkan kru dan menarik kapal yang jadi korban serangan kawanan orca itu ke Barbate, tapi kapal itu karam di mulut pelabuhan.
Dua hari sebelumnya, sekelompok enam orca menyerang kapal lain yang sedang melayari selat itu. Greg Blackburn, yang berada di atas kapal itu, juga memperhatikan satu induk orca muncul untuk mengajari bayinya menyerang ke arah kemudi kapal. "Ini benar-benar seperti bentuk dari edukasi, mengajarkan praktik," kata Blackburn.
Sebuah studi yang dipublikasi dalam jurnal Marine Mammal Science pada Juni 2022 mencatat, laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering. Serangan mengikuti sebuah pola yang jelas, dengan kawanan lumba-lumba besar itu mendekati dari buritan untuk menyerang batang kemudi, lalu pergi begitu saja begitu mereka berhasil melumpuhkan kapal layar.
"Laporan-laporan dari interaksi seperti itu telah berulang kali sejak 2020 di lokasi-lokasi di mana orca ditemukan, apakah di perairan Galicia atau di selat itu," kata penulis studi itu, Alfredo López Fernandez, ahli biologi dari University of Aveiro di Portugal, yang juga perwakilan Grupo de Trabajo Orca Atlántica, atau Atlantic Orca Working Group.
Kebanyakan insiden tidak sampai membahayakan. Fernandez mencatat, dari 500 lebih insiden yang dilaporkan sejak 2020 lalu, hanya tiga perahu yang tenggelam karenanya. "Kami juga memperkirakan bahwa paus pembunuh hanya 'sentuh' satu kapal dari setiap ratusan yang berlayar di lokasi," katanya.
Masih menurut studi Fernandez, puncak agresivitas orca juga fenomena yang baru terjadi belakangan ini. Karenanya, para peneliti menduga bahwa sebuah peristiwa traumatik mungkin telah memicu perubahan perilaku satu orca, yang kemudian diikuti oleh yang lainnya. Menurut studi pada 2022, orca memang makhluk sosial yang dapat dengan mudah belajar dan mereproduksi perilaku lainnya.
"Mereka pasti punya maksud dengan menyerang kapal yang tengah berlayar, yang tentu saja kami tidak tahu sebabnya, tapi perilaku defensif berbasis trauma semakin kuat ada pada kita semua setiap harinya," kata Fernandez.
Para ahli mencurigai orca betina yang mereka namai White Gladis berada di balik semua itu. Gladis disebutkan menderita "momen kritis dari rasa sakit" — sebuah benturan dengan kapal atau jaring dari yang membalik sebuah perilaku. "Orca yang mengalami trauma itu adalah yang memulai perilaku kontak fisik dengan kapal-kapal," kata Fernandez.
Dalam kebanyakan kasus yang dilaporkan, orca telah menggigit, membengkokkan, atau merusak batang kemudi. Tapi, Fernandez dkk tak menerjemahkan mamalia itu mengajari anaknya karena menganggapnya sesuatu yang penting dalam hidup. Sebaliknya, perilaku tak biasa itu mungkin saja dianggap menyenangkan.
"Mereka adalah satwa yang senang bermain-maing dan penuh rasa ingin tahu, jadi ini mungkin lebih ke bermain-main daripada sesuatu yang agresif," kata Deborah Giles, peneliti orca di University of Washington dan organisasi nirlaba Wild Orca.
Dengan jumlah insiden yang terus bertambah, ada kekhawatiran yang bertambah pula untuk keselamatan, bukan hanya para pelaut, tapi orca Iberian. Subpopulasi orca ini telah dinyatakan critically endangered dalam IUCN Red List. Sensusnya yang terakhir pada 2011 mencatat hanya ada 39 orca Iberian yang bersisa.
LIVESCIENCE
Pilihan Editor: 4 Kelemahan Negosiator BSI Saat Hadapi Grup Ransomware Lockbit