Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Pengusaha Ini Pakai Panas Bumi untuk Keringkan Biji Kopi, Kok Bisa?

Ada lebih dari 20 metode pengeringan biji kopi dengan panas bumi yang dijajal oleh pengusaha asal Kamojang itu. Dia berhasil menerapkannya pada 2023.

17 Mei 2025 | 06.55 WIB

Pekerja kelompok tani kopi Wanoja menyortir  biji kopi kering di Kampung Sangkan, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 11 April 2025. Tempo/Prima Mulia
Perbesar
Pekerja kelompok tani kopi Wanoja menyortir biji kopi kering di Kampung Sangkan, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 11 April 2025. Tempo/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha kopi di Kamojang, Jawa Barat, memanfaatkan uap panas bumi untuk mengeringkan biji kopi. Metode ini dianggap lebih ampuh untuk fermentasi biji kopi alih-alih memanfaatkan sinar matahari yang kemunculannya tergantung kondisi cuaca.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Muhammad Ramdhan Reza Nurfadilah, pengusaha kopi yang dimaksud, menemukan inovasi tersebut pada 2023. Dia bermitra dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) yang sudah mengelola energi panas bumi di Kamojang sejak 1983 silam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum mencetuskan kopi panas bumi, Deden–begitu Ramdhan Reza biasa dipanggil—sudah mengelola bisnis kopi di kedai sendiri sejak 2015. Kedai milik Deden sering menjadi lokasi berkumpul para anggota Karang Taruna Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lapak yang sama juga kerap disambangi karyawan PGE wilayah Kamojang.

Dari berbagai persamuhan di kedai itu, muncul ide soal pemakaian panas bumi untuk mengeringkan biji kopi. “Waktu itu saya menganggap ide ini sebagai tantangan” kata Deden melalui keterangan tertulis pada Kamis, 15 Mei 2025.

Deden meneliti teknik fermentasi yang paling sesuai dengan karakteristik panas bumi, kemudian menerapkannya pada proses pengolahan kopi. Sedikitnya ada 20 jenis proses pengeringan yang dia coba sebelum menemukan metode pengolahan paling cocok.

Proses percobaan itu disusul pengembangan ekosistem bisnis bernama ‘Geothermal Rumah Kering’, tempat pengeringan biji kopi dengan panas bumi. Energi panas itu disalurkan dari aliran steam trap milik PGE Kamojang, yang dialirkan lewat pipa. Deden juga mengembangkan alat pengatur suhu ruangan, yang disesuaikan dengan proses pengeringan kopi.

Deden mengklaim skema baru ini lebih efisien dari sisi waktu dan biaya operasional. Efisiensinya bahkan diyakini bisa mencapai 300 persen, terutama karena durasi pengeringan menjadi tiga kali lebih cepat.

Teknologi panas bumi ini juga disebut bisa meminimalisir kontaminasi risiko bakteri terhadap biji kopi. Bakteri hanya berasal dari fermentasi sebelum pengeringan. “Aroma kopi menjadi lebih kuat. Teksturnya juga lebih lembut dibanding kopi yang diproses secara konvensional,” tutur Deden.

Alif Ilham Fajriadi

Bergabung dengan Tempo sejak November 2023. Lulusan UIN Imam Bonjol Padang ini tertarik pada isu perkotaan, lingkungan, dan kriminalitas. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus