Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Racun Laba-laba Ini Bisa Melindungi Otak Setelah Stroke

Protein Hi1a dari racun laba-laba Australia memblokir ASIC di otak yang menjadi pendorong utama kerusakan otak setelah stroke.

21 Maret 2017 | 18.29 WIB

Peneliti menyedot racun dari laba-laba Australia. Kredit: BBC
Perbesar
Peneliti menyedot racun dari laba-laba Australia. Kredit: BBC

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Queensland - Sebuah protein dalam racun laba-laba dapat membantu melindungi otak dari cedera setelah stroke. Para ilmuwan menemukan dosis tunggal dari protein Hi1a itu bekerja pada tikus laboratorium.

Mereka mengatakan protein itu memberikan janji besar sebagai pengobatan stroke di masa depan, tetapi belum diuji dalam percobaan manusia, sebagaimana dilaporkan BBC Selasa 21 Maret 2017.

Asosiasi Stroke mengatakan penelitian itu pada tahap awal tetapi mereka akan menyambut setiap pengobatan yang memiliki potensi untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh stroke.

Para peneliti, dari University of Queensland dan Monash University, bepergian ke Pulau Fraser di Australia untuk berburu dan menangkap tiga laba-laba jaring corong Australia yang mematikan. "Kami secara teratur mengumpulkan laba-laba itu dari Pulau Fraser di lepas pantai selatan Queensland," jelas pemimpin peneliti Prof Glenn King.

"Alasannyai adalah bahwa laba-laba itu menggali liang sedalam 20-30 cm. Dengan demikian, menggali mereka dari tanah liat keras sangat sulit. Pulau Fraser adalah pulau pasir yang membuatnya mudah bagi kami untuk menarik laba-laba dari liang mereka."

Tim kemudian membawa laba-laba itu ke laboratorium mereka untuk mengurasnya. Mereka membujuk laba-laba untuk melepaskan racun, yang kemudian disedot menggunakan pipet.

Berikutnya para ilmuwan membedah kelenjar racun dari laba-laba dan mengambil sebuah protein dalam racun itu untuk menciptakan kembali versi mereka di laboratorium. Mereka kemudian menyuntikkan Hi1a ini ke tikus laboratorium.

Mereka menemukan bahwa protein itu memblokir acid-sensing ion channels (ASIC) di otak - sesuatu yang menurut para peneliti merupakan pendorong utama dari kerusakan otak setelah stroke.

Prof King mengatakan protein itu menjanjikan bagi pengobatan stroke di masa depan. "Kami percaya bahwa kami telah, untuk pertama kalinya, menemukan cara untuk meminimalkan efek dari kerusakan otak setelah stroke.”

"Hi1a bahkan memberikan beberapa perlindungan untuk wilayah otak inti yang paling terpengaruh oleh kekurangan oksigen, yang umumnya dianggap tidak terpulihkan karena kematian sel yang cepat yang disebabkan oleh stroke."

Penelitian ini diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

BBC| ERWIN Z

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus