Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Rata-rata Gempa di Sesar Palu-Koro Mencapai Magnitudo 7

Peneliti gempa LIPI menyatakan rata-rata besaran gempa di sesar Palu-Koro mencapai magnitudo 7.

30 September 2018 | 09.10 WIB

Peringatan Gempa Donggala oleh BMKG. Twitter.com/@BMKG
Perbesar
Peringatan Gempa Donggala oleh BMKG. Twitter.com/@BMKG

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Peneliti gempa dari Geoteknologi LIPI Bandung Mudrik Daryono mengatakan, sesar Palu-Koro yang memanjang 500 kilometer terbagi menjadi lima segmen di daratan. Rata-rata besaran gempanya berdasarkan risetnya berkisar magnitudo 7.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Terusan sesar Palu-Koro yang masuk ke laut dan belum terpetakan dengak baik," kata Mudrik saat dihubungi, Sabtu, 29 September 2018.

Berdasarkan hasil riset untuk studi doktoralnya beberapa tahun lalu, sesar Palu-Koro dipastikan aktif. Pada bagian daratnya mulai dari utara yaitu segmen Palu, kemudian ke bagian selatannya ada segmen Saluki, lalu segmen Moa, segmen Melowi. "Sesar ini bercabang dan diakomodir oleh sesar Matano," ujar Mudrik.

Jalur sesar Palu-Koro yang berbelok sedikit di selatan tersambung ke sesar Matano. Sesar ini ujar Mudrik, sama aktifnya dengan sesar Palu- Koro. "Sesar aktif itu gempa akan terjadi dilokasi yang sama, ada periode ulangnya yang masih perlu riset lagi," ujarnya.

Berbeda dengan di darat, rangkaian segmen sesar Palu-Koro yang menerus ke laut belum banyak data, studi, dan riwayat gempanya. Sementara segmen darat yang sudah dipelajari dengan baik yaitu segmen Saluki yang memotong sungai Muara Saluki.

Mekanisme pergerakan sesar Palu-Koro kata Mudrik secara prinsip dominan geser (sinistral) bergerak ke arah kiri. Namun di alam, ujarnya, tidak ada yang murni ideal geser karena bisa ada bagian yang berpindah ke kiri atau kanan dan menghasilkan bagian yang turun atau menggembung ke atas. "Itu umum, dan mungkin jadi penyebab gempa tsunami itu," katanya.

Meskipun sumber gempanya tercatat BMKG di darat, kata Mudrik, penyebab gempa bukan dari satu titik melainkan bidang patahan yang bergerak. "Kemudian ada yang retak merambat ke semuanya, setelah lepas energi pindah ke daerah sekitar," ujarnya.

Soal dampak gempa itu ke sesar lain di sekitarnya, kata Mudrik, ada riwayat gempa yang terjadi dua kali pada 1909. Saat itu pernah terjadi gempa besar. Dari temuan di Saluki selatan Palu, ada bukti tanah bergeser lima meter serta penurunan 1,5 meter. "Komparasinya dengan gempa bermagnitudo 7," kata Mudrik.

Selain itu, tercatat pula kerusakan terbesar di dua tempat yaitu Kulawi dan Donggala pada tahun yang sama itu. Catatan yang tidak rinci membuat peneliti bingung soal sumber gempa masa lalu itu ada di mana. "Yang saya kuatirkan itu gempa doublet, akan terjadi gempa berikutnya tapi tidak jelas waktunya kapan," katanya.

Simak artikel menarik lainnya tentang sesar Palu-Koro hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus