Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEMANGAT itu hampir luruh seketika. Sebuah bangunan murung ada di hadapannya. Berdiri hampir tanpa roh. Itulah sambutan untuk seorang doktor kimia yang baru lulus dari Jepang. Nyalinya sempat ciut melihat laboratorium biologi di almamaternya itu, Universitas Satya Wacana. Laboratorium tak menyediakan peralatan memadai, apalagi untuk mengubah seseorang menjadi penemu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo