Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Revitalisasi TIM atau Taman Ismail Marzuki Jakarta telah melewati pekan ke-60. Sejumlah bangunan atau bagian, seperti disampaikan dalam akun media sosial @wajahbaru_tim, sudah ada yang selesai 100 persen per 21 Maret 2022. Planetarium, bagian dari Planetarium dan Observatorium Jakarta yang ada di kompleks yang sama, disampaikan 80 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Satuan Pelaksana Teknis, Pertunjukan dan Publikasi di Planetarium dan Observatorium Jakarta, Widya Savitar, pada awal bulan ini, mengungkapkan kalau yang belum terpenuhi dari revitalisasi itu, di antaranya, adalah peralatan. "Belum ada wujud nyata untuk pembaruan alatnya,” kata Widya yang juga seorang astronom itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat yang dimaksud Widya adalah proyektor bintang, alat peraga pameran, perangkat auditorium, observatorium dan teleskop observasi. Menurutnya, usulan tersebut sudah diajukan sejak Januari 2021. Widya mengaku tidak mengetahui kendala apa yang membuat permintaan pembaruan lima alat atau fasilitas tersebut belum terwujud.
Widya menuturkan kalau Planetarium membuat usulan pengadaan dan menyediakan jejaring ke produsen ditujukan kepada Jakpro sebagai pelaksana proyek revitalisasi TIM. “Mereka yang kontak dan nego sendiri. Perantinya ini, silakan kontak ini. Sebatas itu saja,” katanya yang per 1 April 2022 akan memasuki usia pensiun.
Dia meyakinkan kalau usulan sudah sesuai harapan para penceramah planetarium juga komunitas. Seperti diketahui, Planetarium memang membuka kunjungan untuk umum di akhir pekan dan anak sekolah pada hari biasa.
Selain itu, klub astronomi Himpunan Astronomi Amatir Jakarta juga bermarkas di sana. Para anggota kerap membantu acara planetarium yang mengundang masyarakat, seperti saat gerhana matahari dan bulan.
Menghitung sissa waktu hingga proyeksi peresmian hasil revitalisasi oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Juni nanti, Widya pesimistis bakal melihat proyektor bintang, teleskop dan instrumen lain yang baru. Kemungkinan terpahit, menurutnya, tidak ada alat atau instrumen peneropong yang baru pascarevitalisasi TIM.
“Masyarakat tidak mendapat lebih daripada yang dulu. Artinya jalan di tempat," katanya sambil menambahkan, alat yang ada sudah ketinggalan zaman dan berusia lebih dari 20 tahun. "Sudah banyak yang tidak bekerja alias rusak,” kata Widya.
Projector starball yang memproyeksikan bintang-bintang di Planetarium dan Observatorium Jakarta, TIM. Alat bisa berputar 360 derajat dengan 2 poros putaran. Dokumen: Planetarium Jakarta.
Untuk Observatorium, Widya mendapat kabar akan dibangun yang baru. Gambar rancangannya di atas kertas sudah ditunjukkan. "Baru gambar kerjanya. Seperti apa jadinya belum tahu,” kata Widya.
Harapan di awal revitalisasi
Adapun gedung Planetarium telah sejak awal telah dinyatakan tak akan disentuh oleh revitalisasi TIM. Alasannya, menjadi cagar budaya satu-satunya yang ada di kawasan TIM. "Yang kami sentuh adalah bangunan-bangunan yang sudah lama, tidak layak, dan beresiko terhadap keamanan,” ujar Direktur Operasional Jakarta Propertindo (Jakpro) Muhammad Taufiqurrahman saat ditemui dua tahun lalu.
Pengunjung mengamati proses gerhana bulan yang ditayangkan secara langsung melalui proyektor di Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 4 April 2015. Pengelola Planetarium menyediakan enam buah teleskop bagi masyarakat untuk menyaksikan fenomena gerhana bulan total. ANTARA/Andika Wahyu
Untuk harapan pembaruan peralatan atau fasilitas di dalamnya, sudah disampaikan Planetarium sejak Gubernur Anies meresmikan revitalisasi TIM pada Juli tiga tahun lalu. Saat itu Kepala Satuan Pelaksana Teknik Pertunjukan dan Publikasi Planetarium dan Observatorium Jakarta adalah Eko Wahyu Wibowo. Dia telah mengungkap Planetarium dan Observatorium Jakarta terkendala perangkat simulasi benda-benda langit.
Kesulitan dialami terutama setelah perusahaan teknologi Carl Zeiss Jerman memutuskan tidak lagi menjual dan melakukan perawatan suku cadang terhadap Planetarium dan Observatorium Jakarta pada tahun sebelumnya. Sejak itu perawatan dan perbaikan alat rusak dilakukan mandiri. "Kalau ada anggaran untuk perangkat-perangkat yang rusak dalam perencanaan revitalisasi mendatang, tentu akan lebih baik,” katanya kala itu.