Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

2 Mei 2024 | 08.32 WIB

Kelompok lansia melakukan gerakan senam ringan pada peluncuran Gerakan Senam Sehat (GSS) Lansia di Jakarta, Senin (29/5). (ANTARA/Ahmad Faishal)
Perbesar
Kelompok lansia melakukan gerakan senam ringan pada peluncuran Gerakan Senam Sehat (GSS) Lansia di Jakarta, Senin (29/5). (ANTARA/Ahmad Faishal)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ristrini mengatakan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia mengenai polusi udara dalam rumah relatif masih rendah, padahal aktivitas seseorang lebih banyak berada di dalam rumah daripada di luar ruangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Penduduk Indonesia diperkirakan akan kehilangan 2,5 tahun dari usia harapan hidup (UHH) akibat polusi udara saat ini," ucap Ristrini dikutip dari siaran pers, Kamis, 2 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, Air Quality Life Index (AQLI) konsentrasi PM2,5 mencapai 34,3 μg per meter kubik. Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama, seperti alergi debu. Dia menuturkan penggunaan bahan bakar rumah tangga di Indonesia masih ada yang menggunakan bahan bakar berpolusi.

“Sumber dan kegiatan penyebab pencemaran udara di rumah tangga adalah dari asap rokok, asap kendaraan bermotor, gas dapur, debu, bahan kimia dari produk rumah tangga, bahan bakar untuk masak, dan pengelolaan sampah rumah tangga. Adapun kegiatan yang menyebabkan peningkatan pencemaran udara di dalam rumah, antara lain memasak, membersihkan debu, dan penggunaan produk kimia,” katanya.

Ristrini mengatakan dampak dari pencemaran udara rumah tangga terhadap kesehatan adalah iritasi mata, hidung, dan tenggorokan. Kemudian, masalah pernapasan, risiko penyakit serius seperti asma, bronkitis, bahkan kanker. Kelompok yang sangat rentan terhadap dampak negatif pencemaran udara adalah bayi, anak-anak, lansia, dan orang dengan kondisi kesehatan tertentu.

Dia menjelaskan, untuk melakukan pencegahan dan pengendalian serta pengurangan sumber pencemaran dapat dilakukan dengan cara tidak merokok di dalam rumah, menggunakan kompor gas dengan peralatan pembakaran yang efisien dan memastikan ruangan tidak terlalu banyak dipenuhi oleh gas dapur, dan mencegah masuknya asap kendaraan bermotor ke dalam rumah (dari garasi).

“Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan adalah membersihkan debu secara teratur dengan alat penyedot debu atau lap basah untuk mengurangi debu di dalam rumah. Kemudian menggunakan produk pembersih yang ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan produk yang mengandung bahan kimia berbahaya serta menghindari atau mengurangi pengelolaan sampah dengan cara dibakar,” ucapnya.

Hal lainnya, kata dia, memastikan ruangan memiliki ventilasi yang baik dengan menggunakan ventilasi alami, yaitu jendela atau ventilasi atap. Sedangkan untuk ventilasi buatan seperti kipas angin, exhaust fan untuk mengalirkan udara segar ke dalam ruangan. Mengeluarkan udara kotor dari dalam ruangan pun perlu dilakukan untuk pengendalian pencemaran udara.  

“Lakukan pemeliharaan rutin pada peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan bakar, seperti kompor gas, pemanggang, dan pemanas air untuk memastikan bahwa alat-alat  tersebut berfungsi dengan baik dan tidak menghasilkan gas beracun. Gunakan purifier udara dengan filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) untuk membersihkan udara dari partikel-partikel berbahaya di dalam rumah” kata Ristrini.

Dia menambahkan, tanaman hias tertentu dapat membantu menyaring udara di dalam ruangan, seperti tanaman palem, atau lidah mertua. Jaga kelembaban di dalam rumah agar tidak terlalu tinggi, karena kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan tungau debu, yang dapat memperburuk kualitas udara di dalam rumah. Gunakan alat pengukur kualitas udara dalam ruangan untuk memantau tingkat polusi udara di dalam rumah dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan jika terjadi peningkatan.

“Penting bagi setiap individu untuk menyadari bahwa pencemaran udara di dalam rumah tangga dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan dan kenyamanan penghuni rumah. Meningkatkan kesadaran akan masalah ini, orang lebih cenderung mengambil langkah-langkah untuk mengurangi sumber pencemaran udara di rumah tangga. Edukasi tentang bahaya pencemaran udara di rumah tangga dan cara menguranginya dapat membantu masyarakat memahami pentingnya tindakan pencegahan,” ucapnya.

 

 

 

 


 

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus