Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - United Nation Environmental Assembly 2 di Nairobi, Kenya, pada 23-27 Mei 2016, menghasilkan 24 resolusi. Satu di antaranya diinisiasi oleh Indonesia. Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Suseno Sukoyono menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam pertemuan tersebut. Ia mengatakan resolusi yang diinisiasi Indonesia berkaitan dengan pelestarian terumbu karang.
Suseno mengatakan pelestarian terumbu karang perlu diinisiasi karena kondisinya yang tidak menggembirakan. Di 2015, terumbu karang yang berstatus poor sebanyak 45 persen. Sedangkan yang berstatus excellent hanya lima persen. Padahal, terumbu karang menyangkut hajat hidup banyak makhluk.
"Terumbu karang menopang hidup 25 persen mamalia dunia," katanya di Museum Manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis, 2 Juni 2016. Jika terumbu karang rusak, makhluk yang bergantung kepadanya tak bisa hidup dan mempengaruhi rantai makanan hingga suplai makanan manusia.
Nilai ekonomi terumbu karang pun tinggi. Suseno mengatakan nilai manfaat terumbu karang mencapai US$ 29,8 miliar per tahun. Dari sisi pariwisata, terumbu karang menyumbang US$ 9,6 miliar setahun. Terumbu karang juga dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan dan berperan sebagai pelindung erosi pengganti pasir pantai.
Dengan diterimanya isu pelestarian tersebut, seluruh negara anggota UNEA 2 turut menaruh perhatiannya ke sana. "Kami jadi punya bantuan karena proyek pelestarian ini besar," katanya.
Staf Ahli Bidang Industri dan Perdagangan Internasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanthi mengatakan isu yang disepakati menjadi resolusi akan dibuatkan rancangan perencanaan dan anggarannya untuk mendukung implementasi program. Nantinya masing-masing negara akan menerapkan langkah pelestarian terumbu karang yang sudah dilakukan di Indonesia. "Juni ini kami sudah siap menjamu negara lain untuk menyampaikan program pelestarian terumbu karang Indonesia kepada mereka," katanya.
Laksmi mengatakan selain pelestarian terumbu karang, Indonesia berfokus kepada resolusi terkait dengan sampah plastik, budaya konsumsi dan produksi, perlawanan terhadap eksploitasi satwa liar, dan resolusi tentang samudra dan lautan.
VINDRY FLORENTIN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini