Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Singa Liar Afrika Akan Berkurang 50 Persen dalam 20 Tahun  

Penangkaran singa merupakan solusi.

30 Oktober 2015 | 15.10 WIB

Seekor singa mengigit bagian punggung kerbau saat berusaha menjatuhkannya agar menjadi santapan bagi keempat temannya di Londolizi Game Reserve dekat Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan. dailymail.co.uk
Perbesar
Seekor singa mengigit bagian punggung kerbau saat berusaha menjatuhkannya agar menjadi santapan bagi keempat temannya di Londolizi Game Reserve dekat Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan. dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah singa Afrika merosot tajam. Dalam 20 tahun ke depan, singa liar di Afrika diperkirakan hanya akan mencapai setengah dari jumlah saat ini. Hanya singa di penangkaran yang mampu terus berkembang biak dengan aman.

Makalah Akademi Nasional Sains Amerika Serikat menyarankan, singa wajib masuk dalam binatang yang nyaris punah di Afrika Barat dan Afrika Tengah. "Banyak populasi singa terancam tergusur atau punah dalam dua puluh tahun ke depan," ujar penulis makalah itu. Persatuan Konservasi Alam International sebelumnya sudah menetapkan singa sebagai binatang yang sangat mungkin punah dari alam liar. Kepunahan singa di alam liar disebabkan oleh meningkatnya perburuan, hilangnya habitat, dan permintaan obat tradisional setempat.

Prediksi makalah itu berdasarkan pada laju pengurangan populasi singa pada 47 populasi. Populasi itu terdiri atas 8.200 singa liar. Hasilnya, singa liar berpotensi menurun 67 persen di Afrika Tengah dan Barat dalam 20 tahun terakhir. Sementara di Afrika Timur, singa liar kemungkinan akan turun hingga 37 persen.

Makalah akademis itu mengusulkan penangkaran merupakan solusi masa depan singa. Sebab, jumlah singa di Botsawana, Namibia, Afrika Selatan, dan Zimbabwe terbukti berhasil meningkat.

Negara-negara itu berhasil mengembangkan penangkaran untuk singa. Penangkaran umumnya kecil, dikelola dengan baik, dan memiliki pendanaan kuat.

Kajian itu juga memperkirakan rantai makanan di padang rumput Afrika akan berubah. "Singa tidak akan lagi menjadi puncak rantai makanan," ucap penulis makalah.



BBC | GURUH RIYANTO


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

guruh riyanto

guruh riyanto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus