Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Studi dari Washington University School of Medicine, Amerika Serikat, mengungkap kalau seseorang yang sudah beberapa bulan sembuh dari gejala ringan Covid-19 sudah akan memiliki sel kekebalan dalam tubuhnya yang menghasilkan antibodi melawan SARS-CoV-2. Sel-sel itu disebut bertahan seumur hidup, dan menghasilkan antibodi sepanjang waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penulis studi yang merupakan profesor patologi, imunologi, kedokteran dan mikrobiologi molekuler, Ali Ellebedy, menjelaskan, beberapa waktu lalu, ada laporan bahwa antibodi berkurang dengan cepat setelah sembuh dari Covid-19. Media arus utama lalu menafsirkan bahwa kekebalan tubuh tidak berumur panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Ellebedy, itu salah tafsir dari data. Dia mengatakan, normal untuk tingkat antibodi turun setelah infeksi akut, tapi tidak turun ke nol, melainkan cenderung stabil.
“Di sini, kami menemukan sel penghasil antibodi pada orang 11 bulan setelah gejala pertama. Sel-sel ini akan hidup dan menghasilkan antibodi selama sisa hidup manusia. Itu bukti kuat untuk kekebalan jangka panjang,” ujar dia, seperti dikutip dari Medicine Xpress, Senin 24 Mei 2021.
Temuan Ellebedy diterbitkan di jurnal Nature, dan menunjukkan bahwa kasus Covid-19 ringan membuat perlindungan antibodi yang tahan lama. Serta serangan penyakit berulang cenderung akan jarang terjadi.
Selama virus corona Covid-19 menginfeksi, sel-sel kekebalan penghasil antibodi berkembang biak dengan cepat dan beredar di dalam darah, mendorong tingkat antibodi meninggi. Setelah infeksi teratasi, sebagian besar sel mati, dan tingkat antibodi darah turun.
Sejumlah kecil sel penghasil antibodi, yang disebut sel plasma berumur panjang dan bermigrasi ke sumsum tulang dan menetap. Mereka terus-menerus mengeluarkan antibodi tingkat rendah ke dalam aliran darah untuk membantu menjaga dari pertemuan lain dengan virus.
Kunci untuk mengetahui apakah gejala ringan Covid-19 mengarah pada perlindungan antibodi yang tahan lama, Ellebedy menyadari, terletak pada sumsum tulang. Untuk mengetahui apakah mereka yang telah pulih memiliki sel plasma berumur panjang yang menghasilkan antibodi yang secara khusus ditargetkan untuk SARS-CoV-2.
Ellebedy bekerja sama dengan rekan sejawatnya profesor kedokteran Iskra Pusic, dan asisten profesor kedokteran Jane O'Halloran. Penelitian itu merupakan proyek untuk melacak tingkat antibodi dalam sampel darah dari orang yang selamat dari Covid-19.
Tim tersebut telah mendaftarkan 77 peserta yang memberikan sampel darah dengan interval tiga bulan mulai sekitar satu bulan setelah infeksi awal. Sebagian besar peserta memiliki kasus Covid-19 ringan. Hanya enam yang dirawat di rumah sakit.
Dengan bantuan Pusic, Ellebedy dan rekannya memperoleh sumsum tulang dari 18 peserta. Sampel berumur tujuh atau delapan bulan setelah infeksi awal Covid-19 yang mereka alami. Lima dari mereka kembali empat bulan kemudian dan memberikan sampel sumsum tulang kedua. Sebagai perbandingan, para ilmuwan juga memperoleh sumsum tulang dari 11 orang yang tidak pernah menderita Covid-19.
Seperti yang diharapkan, kadar antibodi dalam darah pasien Covid-19 turun dengan cepat dalam beberapa bulan pertama setelah infeksi dan kemudian sebagian besar mendatar, dengan beberapa antibodi terdeteksi bahkan 11 bulan setelah infeksi. Lebih lanjut, 15 dari 19 sampel sumsum tulang dari orang yang pernah terjangkit Covid-19 mengandung sel penghasil antibodi yang khusus menargetkan virus.
Sel-sel semacam itu masih dapat ditemukan empat bulan kemudian pada lima orang yang kembali untuk memberikan sampel sumsum tulang kedua. Tak satu pun dari 11 orang yang tidak pernah menderita Covid-19 memiliki sel penghasil antibodi di sumsum tulang mereka.
Menurut Ellebedy, orang dengan kasus Covid-19 ringan membersihkan virus dari tubuh mereka dua hingga tiga minggu setelah terinfeksi. Jadi tidak akan ada virus yang mendorong respons kekebalan aktif tujuh atau 11 bulan setelah infeksi.
“Sel-sel ini tidak membelah. Mereka diam, hanya duduk di sumsum tulang dan mengeluarkan antibodi. Mereka telah melakukan itu sejak infeksi teratasi, dan mereka akan terus melakukannya tanpa batas,” tutur Ellebedy.
Studi tak mempelajari mereka yang pernah mengalami infeksi Covid-19 lebih parah. Apakah mereka juga akan terlindungi di masa depan, kata mereka. Ellebedy dan rekannya sekarang sedang mempelajari apakah vaksinasi juga menginduksi sel penghasil antibodi yang berumur panjang.
MEDICAL XPRESS | PHYS | NATURE