Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Varian baru SARS-CoV-2 menyebar dengan cepat, dan ada kekhawatiran bahwa vaksin Covid-19 saat ini tidak akan melindunginya. Studi struktural terbaru dari protein spike varian SARS-CoV-2, telah mengungkap sifat baru dari varian Alpha yang pertama ditemukan di Inggris, dan Beta yang pertama ditemukan di Afrika Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Studi itu dilakukan oleh peneliti dari Boston Children's Hospital yang dipimpin Bing Chen. “Sebagai catatan, ini menunjukkan bahwa vaksin saat ini mungkin kurang efektif terhadap varian Beta,” ujar dia dalam penelitian tersebut, seperti dikutip Phys, 25 Juni 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Protein spike pada permukaan SARS CoV-2 adalah yang memungkinkan virus menempel dan memasuki sel manusia, dan semua vaksin saat ini ditujukan untuk melawannya. Studi baru, yang diterbitkan di Science pada 24 Juni ini menggunakan mikroskop cryo-electron (cryo-EM) untuk membandingkan protein spike dari virus asli dengan varian Alpha dan Beta.
Temuan struktural menunjukkan bahwa mutasi pada varian Beta, yang juga dikenal sebagai B.1.351, mengubah bentuk permukaan spike di lokasi tertentu. Akibatnya, antibodi penawar yang diinduksi oleh vaksin saat ini kurang mampu mengikat virus Beta, yang memungkinkannya menghindari sistem kekebalan bahkan ketika orang divaksinasi.
Menurut Chen, mutasi membuat antibodi yang dirangsang vaksin saat ini menjadi kurang efektif. ”Varian Beta agak resisten terhadap vaksin saat ini, dan kami pikir booster dengan urutan genetik baru dapat bermanfaat untuk melindungi dari varian ini,” kata anggota dari divisi Molecular Medicine di Boston Children's Hospital itu.
Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa mutasi pada varian Beta membuat spike itu kurang efektif dalam mengikat ACE2—menunjukkan bahwa varian ini kurang menular dibandingkan varian Alpha.
Adapun varian Alpha (B.1.1.7), penelitian menegaskan bahwa perubahan genetik pada spike (substitusi asam amino tunggal) membantu virus mengikat lebih baik ke reseptor ACE2, membuatnya lebih menular. Namun, pengujian menunjukkan bahwa antibodi yang dihasilkan oleh vaksin yang ada masih dapat menetralkan varian ini.
Untuk menjadi ancaman yang lebih tinggi, kata para peneliti, varian SARS-CoV-2 perlu melakukan tiga hal, yaitu menyebar lebih mudah, menghindari sistem kekebalan pada orang yang divaksinasi atau yang sebelumnya terpapar Covid-19, dan menyebabkan penyakit yang lebih parah. Untungnya, varian Alpha dan Beta tidak memenuhi semua kriteria tersebut.
“Data kami menunjukkan bahwa kombinasi paling bermasalah dari mutasi semacam itu belum ada dalam varian yang diperiksa di sini,” tulis para peneliti.
Tim Chen juga berencana untuk melaporkan struktur varian lain yang menjadi perhatian, termasuk varian Delta (B.1.617.2), dalam waktu dekat. Investigasi untuk varian Covid-19 itu masih berlangsung.
PHYS | SCIENCE
Baca:
Lepas Masker Bikin Jumlah Kasus Melejit Lagi, Israel: Varian Delta