Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Temuan Mengejutkan, Bakteri Perkasa Lebih Tua dari Dinosaurus  

Ilmuwan mengungkap temuan mengejutkan, yakni bakteri perkasa yang sulit dibunuh.

18 Mei 2017 | 10.30 WIB

Ilustrasi bakteri. reddit.com
Perbesar
Ilustrasi bakteri. reddit.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Massachusetts - Ada kabar soal temuan mengejutkan dari para ilmuwan Harvard, yakni bakteri perkasa, Enterococcus. Kenapa mengejutkan? Sebab, semakin dihajar dengan antibiotik, bakteri Enterococcus bukannya kelengar, tapi malah kian perkasa. Bakteri ini punya daya tahan terhadap antibiotik yang diberikan kepada pasien.

Namun para peneliti di Harvard Infectious Disease Institute dan Massachusetts Eye and Ear, Program on Antibiotic Resistance dan Broad Institute MIT, tak mau berhenti di sana. Mereka mencari tahu sejak kapan bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih sampai meningitis itu bisa resisten terhadap antibiotik.

Para peneliti tersebut berpendapat asal-usul dan evolusi resistensi antibiotik akan membantu solusi yang mereka cari untuk menaklukkan bakteri ini. Dipimpin Michael Gilmore, direktur lembaga itu, tim memulai riset tentang evolusi gen bakteri.

Baca: Bakteri Tahan Antibiotik ini Takluk oleh Minyak Zaitun

Riset dimulai dengan menelusuri evolusi Enterococcus dengan mengurutkan berdasarkan genom layaknya pohon keluarga. Lalu peneliti membandingkannya dengan bakteri itu, kemudian menentukan apa yang umum terjadi pada bakteri tersebut.

Hasilnya, seperti yang dimuat dalam jurnal Cell, Kamis pekan lalu, mereka menemukan tambahan 126 gen ekstra yang dimasuki Enterococcus sejak bercabang dari Vagococcus, sekitar 450 juta tahun silam. "Mikroba yang resisten terhadap antibiotik memiliki asal-muasal berumur ratusan juta tahun lalu, bahkan sebelum dinosaurus menjelajahi planet bumi," kata Gilmore.

Saat itu, bakteri Vagococcus hidup di laut seperti ikan. Ketika terjadi ledakan Cambrian 542 juta tahun silam, lingkungan laut dan iklim pun berubah. Saat hewan-hewan laut mulai merangkak di darat, Enterococcus ikut bersama hewan-hewan bertubuh besar.

Selama ekologi baru muncul, mikroba baru pun berkembang. Dari hewan laut, seperti ikan, bersama 5.000 bakteri yang tidak berbahaya per tetes air, mereka diekskresikan ke laut dan tenggelam ke dasar laut menjadi sedimen, yang kemudian dikonsumsi cacing, kerang, dan pemulung laut lain. Mereka terus beredar dalam rangkaian rantai makanan yang akhirnya sampai di daratan.

Baca: Peneliti Berhasil Mengidentifikasi Gen Pemicu Evolusi

Daya tahan Enterococcus memang luar biasa. Di darat, meski banyak yang gugur, mereka mampu bertahan di tengah cuaca ekstrem dan kelaparan. Mereka juga mampu hidup dalam suhu dan tekanan yang bahkan tidak terbayangkan. Bahkan di lingkungan dengan suhu lebih dari 100 derajat Celsius atau di dasar lautan dengan tekanan yang sangat besar. Mereka tinggal di puncak gunung, bersirkulasi di udara.

Dinding sel luar keras membuat mereka sangat tangguh dan mampu membangun resistensi. Selama bakteri beradaptasi, Enterococcus mulai menolak hal-hal di lingkungan alami yang bisa membunuh mereka, dan akhirnya muncul ke dalam mikroba yang kita lihat sekarang.

Menurut Gerry Wright, Direktur Michael G. DeGroote Institute for Infectious Disease Research McMaster University, yang ikut dalam penelitian itu, resistensi mikroba hanyalah bagian dari proses alami. "Perlawanan, seperti yang ditunjukkan penelitian ini, benar-benar tua," ujarnya. "Ini adalah bagian dari lanskap genetik mikroorganisme dan sejak antibiotik pertama mulai diproduksi. Itu terus tumbuh dalam kecepatan karena ini adalah bagian dari seleksi alam."

Baca: Bakteri Versus Antibiotik, Siapa yang Menang?

Nah, menilik sejarahnya, tentu tak mengherankan bila Enterococcus memiliki resistensi terhadap antibiotik. "Mereka benar-benar sangat sulit dibunuh," tuturnya.

Dia berharap penemuan ini akan menghadirkan cara baru, dengan menargetkan 126 gen ekstra, untuk mengembangkan antibiotik baru. Tentu tak mudah. Sebab, menurut dia, antibiotik baru pun akan ditantang bakteri perkasa lain. "Resistensi hampir tak terelakkan," katanya. "Namun kita harus tetap di depannya." Selain bakteri perkasa ini, tunggu saja temuan mengejutkan selanjutnya dari tim ilmuwan tersebut.

CBC | SCIENCE DAILY | AHMAD NURHASIM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus