Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu tokoh pejuang Pepera 1969, Silo Sukarno Doga dinilai layak diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional asal pegunungan tengah Papua.
"Tokoh ini bernama Silo Sukarno Doga. Pada masa Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969, Silo Doga kepala suku besar yang paling berpengaruh di masyarakat pegunungan tengah, Jayawijaya, Papua, merupakan salah satu pejuang yang sejak awal menyatakan kesetiaannya bergabung dengan NKRI," kata peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto di Kota Jayapura, Papua, Jumat, 8 November 2019.
Pada 1960-an, Silo Doga bersama kepala-kepala suku lainnya dari sejumlah daerah di Irian Barat pernah diundang ke Istana Presiden di Jakarta oleh Presiden Soekarno.
"Saat itulah terjadi ikrar kesetiaan para kepala suku pegunungan tengah Papua yang dipimpin oleh Silo Doga di hadapan Presiden Soekarno bahwa Irian Barat (nama Papua waktu itu) adalah bagian dari NKRI," katanya.
Silo Doga juga, kata Hari, meminta agar nama Soekarno digabungkan dalam namanya menjadi Silo Sukarno Doga sebagai simbol persaudaraan, kasih dan kesetiaan.
"Setelah kembali ke Papua, tepatnya di Jayawijaya, wilayah ulayatnya dinamakan Distrik Silo Karno Doga. Distrik Silo Karno Doga merupakan distrik dengan wilayah terluas di Kabupaten Jayawijaya, Papua," katanya.
Lebih lanjut, Hari mengemukakan bahwa sudah selayaknya nama salah satu pejuang Pepera 1969 itu diusulkan dan dipertimbangkan, bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan pada 10 November 2019.
"Saya kira dengan adanya usulan seperti ini, rasa nasionalisme bagi orang Papua khususnya di pegunungan tengah menjadi lebih nyata, karena merasa ikut berjuang, merasa memiliki dan ini juga bentuk penghargaan terbesar dari negara dan bangsa Indonesia," katanya.
Sebelumnya, pada 1 Juni 2019 bertempat di Distrik Silo Sukarno Doga, Pemkab Jayawijaya menggelar upacara peringatan hari lahirnya Pancasila.
Upacara yang berlangsung di Monumen Pahlawan Silo Sukarno Doga itu dihadiri Wakil Bupati, Sekda, para pegawai pemkab serta TNI/Polri dan tokoh adat.
Upacara yang berlangsung di bawah pohon-pohon besar serta dikelilingi rumah adat atau honai itu dipimpin oleh Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua.
Jhon Banua di Silo Sukarno Doga mengatakan upacara di kampung itu sebagai bentuk penghargaan kepada tokoh pejuang Pepera.
Ia mengatakan Silo Sukarno Doga merupakan tokoh perjuangan untuk delapan kabupaten yang ada di wilayah pegunungan Papua.
"Orang tua-tua inilah yang pahlawan Pepera 1969 untuk kita di delapan kabupaten ini, yang sebelumnya masih masuk Kabupaten Jayawijaya. Jadi saya kira kita upacara di tempat ini supaya mengenalkan orang tua punya jasa yang besar," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini