Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Vasektomi dipandang sebagai cara mencegah kehamilan yang efektif. Vasektomi adalah KB permanen untuk pria yang ingin digunakan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sebagai salah satu syarat warganya yang ingin menerima bantuan sosial atau bansos dari pemerintah daerah setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Secara sederhana, mekanisme prosedur vasektomi dilakukan dengan cara memutus saluran sperma dari testis. Melalui pemotongan saluran sperma tersebut, maka air mani yang keluar saat Anda ejakulasi tidak mengandung sperma. Dengan begitu maka dapat mencegah terjadinya pembuahan dan kehamilan saat berhubungan seks.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sejumlah kalangan menekankan pentingnya keputusan untuk menjalani prosedur vasektomi dibuat secara matang, tidak menganggap remeh ataupun sebaliknya, terpaksa. Perlu penekanan dari dokter dan pemahaman dari pasien bahwa prosedur sterilisasi ini bersifat permanen, dan tidak seharusnya untuk dilakukan penyambungan saluran sperma kembali.
Menurut National Institute of Health, Amerika Serikat, kebanyakan alasan pria meminta disambung kembali saluran spermanya adalah perceraian dan menikah kembali.
Mekanisme Prosedur Vasektomi
Secara teknis, merangkum dari sejumlah sumber, antara lain situs Ciputra Hospital dan Siloam Hospital, terdapat dua mekanisme prosedur vasektomi yaitu tanpa sayatan atau vasektomi konvensional. Berikut penjelasan selengkapnya:
Vasektomi tanpa Sayatan
Vasektomi tanpa sayatan adalah metode kontrasepsi untuk pria yang dilakukan dengan menjepit saluran vas deferens menggunakan alat khusus dari luar kulit skrotum. Dalam prosedur ini, dokter akan membuat lubang kecil pada kulit skrotum untuk memasukkan alat penjepit yang dirancang secara khusus guna menarik keluar vas deferens.
Teknik ini memungkinkan akses ke saluran vas deferens tanpa perlu melakukan sayatan besar sehingga risiko komplikasi dapat ditekan dan bekas luka pun semakin berkurang.
Setelah vas deferens berhasil dikeluarkan, dokter akan memotong dan mengikat saluran tersebut guna menghentikan aliran sperma. Meskipun hanya menggunakan lubang kecil, prosedur ini tidak memerlukan jahitan. Karena prosedur yang sederhana, tingkat risiko rendah, dan minim efek samping ini yang membuat banyak pasien lebih memilih metode tanpa sayatan.
Vasektomi Konvensional
Vasektomi konvensional adalah prosedur bedah yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di kedua sisi bagian atas skrotum, dekat dengan pangkal penis. Melalui sayatan ini, dokter dapat menjangkau dan mengangkat saluran vas deferens yang berfungsi mengalirkan sperma dari testis.
Selama tindakan medis ini, dokter biasanya memberikan anestesi lokal untuk memastikan pasien tidak merasakan nyeri. Walaupun sayatan yang dibuat tergolong kecil, metode ini sangat efektif untuk mencegah sperma bercampur dengan cairan mani.
Masa pemulihan setelah prosedur umumnya berlangsung cepat dengan ketidaknyamanan minimal. Dokter mungkin akan meresepkan obat pereda nyeri ringan untuk membantu mengurangi rasa tidak nyaman tersebut.
Perawatan Pasca-Operasi
Setelah menjalani tindak pembedahan vasektomi, pasien masih merasakan efek bius selama 1 sampai 2 jam di sekitar area skrotum. Efek tersebut berupa rasa nyeri dan bengkak.
Untuk mengurangi nyeri dan bengkak tersebut, biasanya dokter akan memberikan kompres dingin sekitar selama 36 sampai 48 jam pertama pascaoperasi.
Pasien dianjurkan istirahat total selama 48 jam pasca operasi, khususnya selama masih menggunakan perban. Di samping itu, perawatan lain yang harus diperhatikan pasien, antara lain:
- Mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
- Mengeringkan area bekas luka operasi secara perlahan setelah mandi.
- Melakukan aktivitas ringan secara bertahap setelah 2 sampai 3 hari pasca operasi.
- Menghindari aktivitas berat maksimal 7 hari pasca operasi.
- Menggunakan alat kontrasepsi lain dulu ketika akan ejakulasi sebanyak 15 sampai 20 ejakulasi, hal tersebut lantaran dikhawatirkan sperma masih tersisa di dalam saluran vas deferens.
- Melakukan konsultasi dan pemeriksaan rutin ke dokter minimal 12 minggu pasca operasi.
Kesimpulan Pasca-Vasektomi
Pasien belum disimpulkan steril hingga analisa semen menunjukkan apa yang disebut azoospermia atau tak ada sperma yang bergerak. Dalam kondisi tersebut, NIH mengatakan, risiko kehamilan 1 berbanding 2000 dan hanya 0,24 persen pria yang perlu mengulangi lagi prosedur vasektomi yang pernah dijalaninya.
Tidak ada kontraindikasi yang absolut dari prosedur vasektomi. Risiko hematoma dan infeksi disebutkan hanya sekitar 1-2 persen. Risiko sakit kronis pada skrotum juga diyakini sekitar satu persen, pun dengan risiko epididymitis. Granulomas sperma timbul kurang dari lima persen, dan bahkan yang merasakan gejalanya lebih kurang lagi daripada itu.
Para pria tetap dapat ejakulasi dan memproduksi semen--tapi tak mengandung sperma. Dan umumnya, tidak ada perbedaan dalam volume ejakulasi karena sperma pun umumnya tak sampai 10 persen dari volume semen. Hormon testosteron dan libido pascavasektomi juga telah diteliti dan menunjukkan tak ada yang terdampak.