Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Korea Selatan diprediksi akan tetap merajai cabang panahan di Asian Games 2018, yang akan berlangsung di Jakarta dan Palembang, pada 18 Agustus-2 September 2018. Bahkan di turnamen yang lebih tinggi, Olimpiade, mereka mampu tampil dominan.
Pada Olimpiade Rio 2016, Korea Selatan membuat kejutan dengan keluar sebagai juara umum di cabang panahan. Negeri Ginseng sukses memboyong semua medali emas di semua kategori tim dan individu, pria dan wanita, dengan jumlah empat emas dan bonus satu perunggu.
Baca: Presiden Jokowi Bicara Target Panahan di Asian Games 2018
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua tahun sebelumnya, pada Asian Games edisi Incheon 2014, Korea Selatan memang sudah mendominasi cabang memanah. Ini terbukti dengan raihan sembilan medali, dengan lima emas di antaranya. Karena hanya ada delapan emas di cabang tersebut, Cina, India, dan Iran masing-masing hanya dapat memenangi satu buah, sedangkan negara lain harus pulang tanpa medali emas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu kenapa Korea bisa begitu dominan? Salah satu jawabannya ada pada tradisi. Menurut sejarah, rakyat Korea memang sudah terbiasa menggunakan busur panah sebagai senjata perang mereka yang ditembak dari atas kuda. Terhitung dari abad ke-5 SM, rakyat Korea tetap menjadikan panah sebagai senjata jarak jauh utama hingga masa invasi Jepang di akhir tahun 1500-an.
Rakyat Korea mengenal busur sebagai gakgung, yang berarti “tanduk busur”. Gakgung terbuat dari kayu dan tanduk kerbau yang berbeda dengan panah pada umumnya. Beda dengan panah biasa yang hanya melengkung pada ujungnya, kelengkungan yang dihasilkan gakgung cukup ekstrem sehingga menciptakan berat, tinggi, dan panjang yang imbang. Alhasil, gakgung menghasilkan jepretan yang kuat dan panjang, sehingga sangat mematikan bagi prajurit kala itu.
Baca: Asian Games 2018: Panahan Diharapkan Bikin Kejutan dan Rebut Emas
Beralih dari masa, menurut BBC, di sekolah dasar Korea Selatan saat ini terdapat pelatihan panahan selama dua jam per harinya. Selain itu, Korea Selatan melatih pemanah terbaiknya melalui sekolah menengah dan perguruan tinggi. Tujuannya adalah membentuk tim profesional pada saat dewasa kelak, atau bisa juga untuk tim nasional melalui seleksi. Sistem ini menghasilkan kumpulan bakat mendalam dan secara teratur bersaing untuk tingkat panahan dunia, termasuk Olimpiade.
Meski jumlah medali Olimpiade Korea Selatan untuk cabang memanah mengesankan, hal itu tidak diraih dengan mudah. Koresponden World Archery, John Stanley, mengatakan pemanah elite Korea berlatih lebih lama dan lebih keras daripada tim lain di seluruh dunia. "Hingga 10 jam sehari dan lebih dari 2.500 panah seminggu adalah hal yang biasa," katanya.
The Korea Times menyebutkan, pada 2016 menjelang Olimpiade Rio lalu, tim Korea Selatan bahkan menyempatkan berlatih di stadion bisbol. Hal ini bertujuan menyesuaikan diri dengan cahaya terang dan kebisingan penonton.
Baca: Diananda dan Riau Ega Rebut Perunggu Kejuaraan Dunia
Budaya memanah Korea Selatan juga diimplementasikan ke dalam salah satu hal yang identik dengan mereka, yakni dunia hiburan. Hal ini terbukti dengan adanya kejuaraan atletik yang melibatkan bintang atau artis-artis Korea Selatan bernama Idol Star Athletics Championship. Acara tersebut diadakan dua kali setahun, yaitu pada hari Thanksgiving Korea dan Tahun Baru Imlek. Ini merupakan salah satu strategi Korea Selatan membiasakan para idola K-Pop berolahraga tidak hanya panahan, tapi juga gulat, sprint, dan sebagainya.
Itulah sebabnya Korea Selatan mendominasi Olimpiade cabang panahan. Mereka memimpin dengan 23 medali emas sejauh ini. Disusul oleh Amerika Serikat tapi tidak begitu dekat dengan 13 emas. Dengan torehan seperti itu, sudah bisa diprediksi, mereka pun akan mendominasi Asian Games 2018 nanti.
ARCHERY360 | BBC | KOREAN TIMES | EDO JUVANO