Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Persiapan Timnas Palestina menjelang Piala Asia 2023 terganggu perang Gaza. Pelatih Palestina Makram Daboub mengatakan bahwa para pemain dihantui perasaan cemas sepanjang pemusatan latihan di Arab Saudi. “Semua orang terpaku pada berita, sebelum dan sesudah latihan, baik di bus atau di hotel,” kata dia, dikutip dari Daily Star.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Asosiasi Sepak Bola Palestina merayakannya keberhasilan tim nasionalnya yang berhasil menembus Piala Asia 2023 di Qatar. Keterlibatan Palestina adalah ketiga kalinya dalam sejarah turnamen sepak bola terbesar di benua Asia tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun, perang Gaza yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir membuat Daboub punya masalah tambahan. “Kami mempunyai masalah fisik, teknis dan taktis karena penangguhan turnamen, serta masalah psikologis,” kata dia.
Sejak perang antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober, pertandingan sepak bola di Jalur Gaza dan Tepi Barat Palestina yang diduduki Israel telah ditangguhkan. Banyak pemain merasa resah seperti Mahmoud Wadi dan Mohammed Saleh yang keluarganya terjebak di Gaza. “Mereka menderita,” kata Daboub.
Daboub menambahkan sejumlah pemainnya juga memiliki kerabat yang harus melarikan diri dari serangan militer Israel yang tiada henti di wilayah utara Gaza. Keluarga pemain kebanyakan mencari wilayah aman di wilayah selatan Gaza. "Kondisinya sulit," ujar dia.
PBB mengatakan 85 persen penduduk Gaza telah mengungsi dan tidak ada wilayah yang aman di daerah tersebut. Musababnya, Israel telah memperluas serangannya dari utara ke selatan. Perang Gaza antara Hamas dan Israel ini mengakibatkan lebih dari 20 orang tewas.
Daboub mengatakan tim berharap untuk lolos ke tahap akhir Piala Asia dan menunjukkan wajah terhormat sepak bola Palestina. Yang paling penting, kata sang pelatih, mengibarkan bendera Palestina di arena olahraga internasional berarti juga menegaskan identitas Palestina di mata dunia. "Ini menunjukkan bahwa rakyat Palestina berhak mendapatkan kebebasan dan kehidupan yang lebih baik”.
Adapun Presiden Federasi Sepak Bola Palestina Jibril Rajub mengatakan perang Gaza mendatangkan malapetaka pada gerakan olahraga dan pemuda. “Sejauh ini, lebih dari 1.000 anggota gerakan olahraga, pemuda, dan pramuka telah terbunuh,” kata Rajub mengklaim.
Dia menuduh pasukan Israel menargetkan klub-klub olahraga Palestina. Rajub mencontohkan Stadion Sepak Bola Yarmouk di Gaza telah diubah oleh pasukan Israel menjadi pusat penahanan dan interogasi.
Rajub mengatakan Stadion Yarmouk dibangun pada tahun 1939 dan menjadikannya salah satu stadion tertua di wilayah Palestina. Federasi telah mengirimkan surat kepada Komite Olimpiade Internasional dan FIFA untuk menuntut adanya penyelidikan internasional terhadap kejahatan pendudukan Israel terhadap olahraga dan atlet di Palestina.
DAILY STAR | AFP