Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta -Istirahatlah Kata-kata, Film biopik tentang penyair dan aktivis Wiji Thukul besutan Sutradara Yosep Anggi Noen diputar perdana di Bioskop XXI Yogyakarta, Kamis, 19 Januari 2017. Dalam sehari, film yang dibintangi di antaranya aktor teater Gunawan Maryanto dan aktris Marissa Anita itu diputar selama lima kali pada jam yang berbeda.
Di XXI, tiket film Istirahatlah Kata-Kata yang diputar pada pukul 20.20 terjual ludes hingga sore hari. Sebagian aktivis, pegiat Hak Asasi Manusia, pegiat demokrasi bersiap untuk menonton film itu pada pukul 20.20. Aktivis John Tobing dijadwalkan Social Movement Institute bakalan datang untuk menonton film itu.
Fajar Merah, anak dari Wiji Thukul dan aktivis John Tobing semula hendak pentas musik bersama pada sore hari. Ada pula pembacaan puisi karya Wiji Thukul. Tapi, pentas itu dibatalkan akibat persoalan teknis perizinan. Social Movement Institute menjadi pihak yang penyelenggara pentas musik itu.
Aktivis Social Movement Institute, Eko Prasetyo menyayangkan XXI yang membatalkan pentas musik itu. Padahal, izin untuk menggelar acara itu sudah disampaikan dua pekan sebelum pemutaran film berlangsung. "Alasannya dari XXI pentas musik akan mengganggu penonton karena konsep seperti itu belum pernah ada," kata Eko ketika dihubungi Tempo.
Eko menyayangkan batalnya pentas musik itu. Padahal, banyak kalangan yang antusias untuk mendatangi pentas musik itu. Ia menduga XXI membatalkan karena khawatir pentas musik itu bernuansa politis. Sebab John Tobing dikenal sebagai aktivis pencipta lagu berjudul Darah Juang akan mengisi pentas musik itu.
Menurut Eko, alasan XXI itu tidak realistis dan aneh. Meski pentas musik dibatalkan, tapi ia mendorong orang untuk tetap menonton film Istirahatlah Kata-Kata, yang penting untuk melawan lupa terhadap penghilangan paksa aktivis Wiji Thukul ketika rezim Orde Baru berkuasa.
Manajer Bioskop XXI, Gunadi ketika dikonfirmasi ihwal pembatalan pentas musik itu mengatakan semua keputusan ada di manajemen XXI pusat. "Kami satu pintu dan silakan kontak XXI pusat," kata Gunadi singkat di Bioskop XXI.
Istirahatlah Kata-Kata menggambarkan periode penyair dan aktivis Wiji Thukul sebelum akhirnya dia hilang. Ia bersembunyi
di Pontianak setelah peristiwa berdarah 27 Juli 1996. Pada peristiwa itu, aktivis PRD dianggap bertanggung jawab atas bentrokan yang terjadi di kantor DPP PDI. PRD dan organ-organnya seperti SMID dan Jaker diburu dan ditangkap aparat keamanan. Film itu menjadi film terbaik pilihan Majalah Tempo tahun ini.
SHINTA MAHARANI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini