Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Generasi Topeng-Topeng

Topeng-topeng yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan lainnya di pamerkan di TIM. Masing masing daerah membawa warna dan bentuk tersendiri. (sr)

7 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

5 Abad sebelum Almasih, topeng-topeng telah dipergunakan dalam drama Yunani Purba. Topeng-topeng tersebut merupakan gambaran watak dan ekspresi yang harus dijiwai para pemain. Merupakan subjek, sementara manusia menjadi motor untuk memberinya hidup. Adapun topeng-topeng pribumi yang tampak dalam ruang pameran TIM 25 s/d 30 April yang lalu, tidak semuanya berstatus subyek. Benda-benda yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan serta beberapa buah topeng mutakhir tersebut, ada kalanya merupakan medium yang sangat objektif. Menyediakan berbagai kemungkinan ekspresi dan watak - sehingga manusia yang berada di belakangnya tetap merupakan subyek. Bahkan ada juga di antara yang mutakhir yang sudah berdiri sendiri dan tidak membutuhkan manusia untuk melengkapkan kehadirannya. Dari Bali ada juga yang sama sekali tidak membayangkan kehidupan teater. Merupakan hiasan tok. Dalam ruang pameran TIM itu, dapat dijumpai sebuah topeng tua dari Jawa Tengah. Itu pun baru berusia sekitar 50 tahun. Topeng-topeng lainnya, yang datang dari tangan ITB. Alam Surawidjaja, Direktorat Pembinaan Kesenian P & K, Ajip Rosidi, Ong Hok-ham, LPKJ, Ipung, M. Noor dan TIM. di samping tidak dapat dianggap mewakili seluruh aspek topeng daerah masing-masing juga bukan barang-barang yang terpilih baik. Beberapa buah yang berderet di dinding sektor Bali, jelas merupakan topeng yang disabet dari sebuah art shop yang lebih menampakkan citarasa turis. Namun pameran yang tidak menampakkan kwalitas hebat ini amat menarik karena masih sempat juga menampilkan warna lokal yang berbeda. Mau tak mau kita seperti diseret ke dalam perbandingan - aspek-aspek sosiologi maupun psikologinya. Misalnya topeng Cirebon di situ terasa ramah. Tertutup, ringan, formil, dan berbasa-basi. Tidak menyimpan kekayaan gerak. Pertukangannya belum mahir. Sementara ornamen-ornamennya tidak menampakkan seleksi yang baik. Akibatnya wajah-wajah tersebut tidak menampilkan watak berbeda-beda. Satu sama lain hampir satu nafas. Warna-warna emas yang dipakai terlihat kehijau-hijauan, seperti membayangkan kondisi agak miskin dari lingkungan sosialnya. Berbeda dengan warna-warna emas topeng Jawa Tengah yang begitu mewah. Ada suasana terbuka dalam topeng Jawa Tengah itu. Ada suasana rileks tanpa kehilangan kontemplasi. Warna-warnanya serta garis-garisnya lebih jelas dan selektif. Di sini terbayang kehidupan teater yang lebih mapan. Kalau dalam topeng Cirebon kita berhadapan dengan lakon-lakon Panji, dari Jawa Tengah pun setali tiga uang. Hanya saja wajah-wajah wanita kelihatan lebih banyak. Palltas diselidiki apakah peranan wanita dalam teater maupun dalam kehidupan memang lebih menonjol di Jawa Tengah tinimbang Cirebon. Sebab belum tentu. Dari Jawa Timur, kita melihat mutu pertukangan yang mirip topeng-topeng Cirebon. Tetapi watak jauh berbeda: sama sekali tidak ada kemanisan. Suasananya murung, tertekan, menggertak, ang ker dan magis. Baik pelototan mata, warna, serta kumis. membayangkan sesuatu yang keras dan galak. Namun kalau lama diperhatikan, di balik suasana itu terasa kehangatan dan persahabatan yang tulus. Ada sesuatu yang intim bersembunyi dalam kekasaran topeng-topeng wayang dan panji tersebut. Suasana magis tersebut muncul pula dalam topeng-topeng Bali yang sangat menonjol segi pertukangannya. Ada keahlian dan keragaman. Di sini topeng tidak hanya melukiskan karakter. Kadangkala merupakan simbol, hiasan, dan sering pula hanya bagian dari sebuah wajah saja - karena separuhnya memerlukan bagian asli dari pemain topeng itu. Ini jelas menggambarkan betapa teater demikian aktifnya, sehingga topeng merupakan kesenian yang hidup terus dengan variasi-variasi baru. Sementara bentuk-bentuk lama, di samping memiliki pakem-pakem tertentu, tetap menerima beberapa perobahan yang segar. Topeng Kalimantan merupakan bentuk-bentuk perlambang. Ada 3 buah di antaranya bernama Hudo' Kitaq dan Hudo' Keduanya berfungsi rituil -- untuk upacara menerima tamu idan kegiatan panen. Yang disebut terakhir mempergunakan dua buah kaca kecil pada bagian yang menunjukkan mata: memperlihatkan kesederhanaan, naivitas, juga keterbukaan. Tapi siapa tahu mungkin ada perhitungan magis dalam hal kaca yang berhubungan dengan suasana setempat. Topeng-topeng semacam itu seharusnya lebih banyak dicari, karena amat menarik. Jauh lebih menarik dari topeng-topeng mutakhir yang dipamerkan, yang di samping pertukangannya kasar juga tidak memperlihatkan latar belakang meyakinkan. Topeng-topeng itu lebih menyempai karya patung yang berdin sendiri, yang sesungguhnya tidak memerlukan lagi unsur manusia. Atau barangkali akan lebih jelas kalau yang dipamerkan adalah topeng-topeng yang pernah dibuat Danarto, Saiful atau Mulyadi, misalnya, yang pernah dipakai dalam pementasan drama di TIM. Putu Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus