Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

Berita Tempo Plus

Kisah Seorang’Max Havelaar’ Arsitek

Orang mungkin tak lagi mengingatnya, padahal perannya sangat besar dalam mendesain kota-kota kita. Sebuah seminar untuk memperingati 77 tahun dibangunnya Pasar Gede di Solo awal tahun ini membuat orang bisa melacak riwayat hidupnya kembali. Inilah kisah seorang arsitek asal Belanda yang meninggalkan kehidupan mapan di Belanda, lalu bekerja di Hindia Belanda dan membuat karya-karya arsitek yang berorientasi kerakyatan dan berjiwa tropis.

Oleh pemerintah Hindia Belanda ia dianggap angry young man karena keberpihakannya pada orang bumiputra. Ia ingin melihat Indonesia merdeka. Sayang, harapannya tak tercapai. Ketika Jepang masuk, ia ditawan dan mati secara tragis di kamp interniran di Cimahi.

12 Maret 2007 | 00.00 WIB

Kisah Seorang’Max Havelaar’ Arsitek
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Laki-laki asal Belanda itu diam mematung di depan pintu gerbang Pasar Gede Harjonagara, Solo. Dia seperti mencari sesuatu di antara tembok-tembok yang bercat kuning gading. Penampilannya necis, membuat para pedagang heran. Dia pun sesekali tersenyum kepada mbok-mbok penjual.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus