Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Perupa Iwan Yusuf menggelar pameran tunggal bertajuk Garis Ombak di Jagad Gallery, Jakarta, hingga 17 Oktober 2023.
Aktivitas pantai di kampung halaman di Teluk Tomini, Gorontalo, menjadi napas karya Iwan Yusuf kali ini.
Eksperimen lukisan sapuan ombak menjadi cara baru Iwan Yusuf mengekspresikan arang dan pantai.
Selembar kanvas berukuran jumbo, 300 x 600 sentimeter, dipasang bak gorden menggantung di salah satu sudut ruang pameran Jagad Gallery, Jakarta, Jumat pekan lalu. Selintas kanvas itu mirip kain gorden lama yang berdebu dan dipasang tak beraturan. Kanvas itu ditekuk berkelok-kelok dan menjuntai hingga ke lantai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari kejauhan, kanvas raksasa itu seperti gambaran ombak di pantai. Itu merupakan salah satu karya perupa asal Gorontalo, Iwan Yusuf, yang dipamerkan di galeri tersebut. Karya berbahan media campuran itu diberi judul Ombak Tegak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Uniknya, warna hitam dan abu-abu gelap pada kanvas tersebut tercipta dari penggunaan pewarna alami berupa charcoal alias arang kayu. Iwan memang membawa media kanvas dan arang kayu dalam pameran tunggalnya yang bertajuk Garis Ombak tersebut.
Selain menampilkan karya instalasi tersebut, Iwan memboyong 15 lukisan dalam pameran yang digelar sejak 17 September hingga 17 Oktober mendatang tersebut. Meski memakai arang, jangan pikir lukisan Iwan biasa-biasa saja. Goresan arang kayu Iwan justru mampu menghasilkan karya yang menakjubkan.
Instalasi seni berjudul "Ombak Tegak yang tersaji" dalam pameran tunggal Iwan Yusuf di Jagad Gallery, Jakarta, 22 September 2023. TEMPO/ Indra Wijaya
Garis-garis arang tampak hidup meski Iwan tak melukiskan obyek manusianya secara utuh. Sebagai contoh lukisan berjudul Laut Halaman Rumah. Dalam kanvas berukuran 200 x 200 sentimeter itu ia mampu menampilkan wujud tiga anak yang sedang berlari.
Dari ketiga sosok tersebut, hanya satu yang dilukis dengan wajah lengkap. Dari ekspresinya, anak tersebut tampak berfokus menatap ke depan. Sedangkan dua sosok lainnya hanya digambarkan sedang berlari dengan otot lengan dan kaki yang menegang.
Ada pula karya berjudul Laut Tak Terbagi berukuran 180 x 200 sentimeter. Lukisan tersebut menggambarkan tiga pria dewasa yang bekerja sebagai nelayan. Sama seperti lukisan sebelumnya, wajah ketiga sosok tersebut tak semuanya diungkap utuh. Meski begitu, gerak sosok-sosok tersebut tampak hidup.
Dalam pameran ini, Iwan juga menyediakan sebuah televisi yang menayangkan video proses pembuatan karyanya. Dalam video berdurasi sekitar 20 menit itu, Iwan memulai perjalanan dengan datang ke sebuah pantai di Teluk Tomini, Gorontalo. Ia merekam aktivitas masyarakat, dari nelayan yang mempersiapkan perahu dan segala peralatan mencari ikan hingga anak-anak yang sekadar bermain di pantai.
Lukisan berjudul "Laut Tak Terbagi" (kanan) dan "Bebas di Tengah Arus" dalam pameran tunggal Iwan Yusuf di Jagad Gallery, Jakarta, 22 September 2023. TEMPO/ Indra Wijaya
Iwan lantas kembali ke studionya dan menuangkan semua ingatan aktivitas orang-orang di pantai ke dalam kanvas. Ia menggoreskan arang kayu dan memakai telapak tangan untuk menyapu goresan arang di kanvas. Dalam video tersebut, Iwan bahkan tampak seperti sedang mengamuk dengan menggebuk kanvas menggunakan telapak tangan hingga kakinya.
Selanjutnya, Iwan dibantu beberapa anggota timnya memboyong belasan lukisan arang ke pantai. Mereka membiarkan lukisan-lukisan tersebut dihajar ombak. Bahkan ada yang sengaja dicelupkan di dalam air laut bercampur dengan pasir. Setelah itu, lukisan-lukisan tersebut dijemur di atas pasir pantai.
Iwan juga sempat membuat lukisan di pantai. Berbekal kanvas kosong, ia menuangkan arang kayu yang sudah dicampur air. Deburan ombak membuat cairan arang bergerak sendiri menyentuh kanvas. Maka terciptalah karya berjudul Janji Ombak yang sekilas tampak seperti sisa ombak yang tertinggal di pantai.
Iwan menegaskan proses pembuatan lukisan tersebut tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan pantai. Ia beralasan arang kayu yang digunakan sebagai pewarna merupakan bahan organik yang tidak akan menyakiti alam.
Khusus untuk lukisan Janji Ombak, Iwan mengaku sangat puas. Baginya, pembuatan lukisan itu ibarat eksperimen yang punya risiko kegagalan tinggi. Sebab, proses sapuan ombak hanya dilakukan sekali tanpa bisa diulang. "Jadi, kami harus memilih ombak yang ketinggian dan kecepatannya sesuai. Kami terus mengamati ombak," kata dia ketika dihubungi pada Sabtu pekan lalu.
Beruntung, Iwan dan kawan-kawan berhasil menangkap ombak yang tepat. Hasilnya pun memuaskan. Kanvas tersebut seperti memotret ombak tanpa kamera dan kuas. "Kenapa saya pilih (judul) Janji Ombak? Karena ombak tak pernah ingkar untuk sampai ke pantai."
Pengunjung berfoto dalam pameran tunggal Iwan Yusuf di Jagad Gallery, Jakarta, 22 September 2023. TEMPO/ Indra Wijaya
Kini Iwan seperti ketagihan. Ia punya rencana mengembangkan lagi lukisan sapuan ombak, termasuk menjajal arang kayu berwarna alami hingga penggunaan cat akrilik.
Kolaborator pameran, Nirwan Dewanto, mengatakan pameran Garis Ombak merupakan pergulatan batin serius dari sosok Iwan Yusuf. Menurut dia, pameran ini seperti proses akrobat 180 derajat. Sebab, Iwan, yang sebelumnya kondang membuat lukisan super realis, kini kembali ke akar dengan membuat garis-garis berbekal arang kayu.
Menurut Nirwan, pesan besar Garis Ombak sangat nyata dalam belasan karya yang dipamerkan Iwan. Meski tidak digambarkan secara eksplisit berupa obyek ombak, garis-garis arang kayu yang tersapu di atas kanvas mampu menyampaikan pesan ombak. "Meski wajah obyek tidak jelas, gerak dan dinamika dari obyek tersebut sangat tampak," tutur Nirwan.
Selain itu, Nirwan menganggap goresan garis Iwan memiliki arti yang dalam. Goresan garis itu bisa saling menguatkan, bertumpuk, bersilang, bahkan meledak. Garis-garis itu seperti mengasosiasikan sebuah kehidupan.
Sebelumnya, Iwan sukses mengeksekusi jaring sebagai media karya seni. Iwan Yusuf merajut jaring nelayan menjadi sebuah karya megah berukuran 15 x 3 meter yang mempresentasikan relief Sarinah. Karya tersebut menjadi bagian dari perayaan pembukaan Sarinah yang baru pada Maret 2021. Karya rajutan jaring nelayan tersebut menuai pujian dari pengamat dan pegiat seni rupa.
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo