Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-72, Istana Kepresidenan kembali akan memamerkan koleksi lukisannya sepanjang Agustus ini. Tahun ini, tema pameran yang dipilih adalah Senandung Ibu Pertiwi.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan ada 48 lukisan dari 41 pelukis yang akan dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. "Sekali lagi, ini bertujuan mendekatkan istana dengan masyarakat," katanya di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Senin, 31 Juli 2017.
Heru memprediksi antusias masyarakat akan tetap tinggi menyaksikan koleksi lukisan istana. Selain melihat lukisan, pengunjung bisa mengikuti berbagai acara selama pameran berlangsung. "Ada workshop melukis, diskusi, lomba melukis, dan tur pameran," ucapnya.
Mengenai tema yang diangkat, kata Heru, ada tiga hal yang menjadi perhatian, yaitu Tanah Air, tempat kelahiran, dan berkarya bersama-sama. Lebih lanjut, Istana Kepresidenan menggandeng tiga kementerian dan lembaga untuk menyukseskan acara pameran, yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, serta Badan Ekonomi Kreatif. Selain itu, Bank Mandiri turut diajak dan selaku pihak yang mengelola asuransi lukisan.
Salah satu kurator, Mikke Santoso, mengatakan dari pameran tersebut, para kurator ingin menerjemahkan konsep ibu pertiwi kepada masyarakat. Mikke berpandangan konsep ibu pertiwi bisa dilihat dari alam, aktivitas yang dilakukan masyarakat, religi, dan mitologi. "Selama terlalu besar (abstrak) konsep ibu pertiwi," ujarnya.
Dari 48 lukisan kurator terbagi menjadi empat tema, yakni tentang keragaman alam (12 lukisan), dinamika keseharian (11 lukisan), tradisi dan identitas (15 lukisan), serta mitologi dan religi. Untuk tema mitologi dan religi, ada dua karya dari pelukis terkenal yang bisa dinikmati pengunjung, yaitu Nyai Roro Kidul karya Basoeki Abdullah dan Harimau Minum karya Raden Saleh.
ADITYA BUDIMAN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini